ISLAM ABAD PERTENGAHAN DAN ISLAM MODERN


SEJARAH ISLAM ABAD PERTENGAHAN DAN ISLAM MODERN
Oleh: Sulaiman, S.Pd.I


A. SEJARAH ISLAM ABAD PERTENGAHAN
1. Islam Abad Pertengahan (Abad 13)
Puncak kejayaan Abbasiyah, dianggap sebagai puncak peradaban islam. Karena masa Abbasiyah muncul sedemikian banyak produk budaya yang menghantarkan umat islam mencapai puncak kejayaan. Orang menganggap bahwa masa itu adalah masa keemasan bagi umat Islam (golden age). Akan tetapi, pasca kehancuran abbasiyah, kondisi umat islam mengalami kemunduran dalam banyak hal. Salah satunya adalah kemunduran secara politik.
Setelah Dinasti Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di situ saja. Timur Lenk, mengahancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain. Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dinasti Usmani di samping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan yang paling lama dibandingkan dua kerajaan lainnya.[1]
Islam abad pertengahan ditengarai dengan fase kemunduran Islam dan tiga kerajaan besar dan masa modern. Periode ini dapat pula dibagi ke dalam dua masa, Masa Kemunduran I dan Masa Tiga Kerajaan Besar.[2]
a. Masa Kemunduran I : 1250 - 1500 M.
1) Serangan Mongol
Di zaman ini Jengis Khan dan keturunannya datang membawa penghancuran ke dunia Islam. Jengis khan berasal dari Mongolia. Setelah menduduki Peking di tahun 1212 M , ia mengalihkan serangan-serangannya ke arah Barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam jatuh ke tangannya. Transoxania dan Khawarizm dikalahkan di tahun 1219/20 M. Kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M , Azarbaijan pada tahun 1223 M dan Saljuk di Asia Kecil pada tahun 1243 M. Dari sini ia meneruskan serangan-serangannya ke Eropa dan ke Rusia. Serangan ke Bagdad dilakukan oleh cucunya Hulagu Khan. Khurasan di Persia terlebih dahulu ia kalahkan dan baru Hasysyasyin di Alamut ia hancurkan. Pada permulaan tahun 1258 M ia sampai ke tepi kota Bagdad. Perintah untuk menyerah ditolak oleh Khalifah
Al-Musta’sim dan kota Bagdad dikepung. Akhirnya pada 10 Pebruari 1258 M benteng kota ini dapat ditembus dan Bagdad dihancurkan. Khalifah dan keluarga serta sebahagian besar dari penduduk dibunuh. Beberapa dari anggota keluarga Bani Abbas dapat melarikan diri, dan diantaranya akhirnya ada yang menetap di Mesir. Dari sini Hulagu meneruskan serangannya ke Suria dan dari Suria ia ingin memasuki Mesir. Tetapi di Ain Jalut (Goliath) ia dikalahkan oleh Baybars, Jenderal Mamluk dari Mesir, di tahun 1260 M.

2) Serangan Timur Lank
Baghdad dan daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh Dinasti Ilkhan. llkhan adalah gelaran yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai Dinasti ini ialah daerah yang terletak antara Asia Kecil di Barat dan India di Timur. Dinasti llkhan berumur dekat 100 tahun. Hulagu bukanlah beragama Islam dan anaknya Abaga (1265 - 1281 M) masuk Kristen. Di antara keturunannya yang mula sekali masuk Islam ialah cucunya Tagudar dengan nama Ahmad, tetapi mendapat tantangan dari para Jenderalnya. Ghasan Mahmud (1295 - 1304 M) juga masuk Islam dan demikian juga Uljaytu Khuda Banda (1305 - 1316 M). Uljaytu pada mulanya beragama Kristen dan adalah Raja Mongol besar yang terakhir. Kerajaan yang dibentuk Hulagu akhirnya pecah menjadi beberapa Kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan Jaylar (1336 - 1411 M) dengan Bagdad sebagai ibu kota, Kerajaan Salghari (1148 - 1282 M) di Faris, dan Kerajaan Muzaffari (1313 - 1393 M) juga di Faris.
Dalam pada itu Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan Jengis Khan dapat menguasai Samarkand di tahun 1369 M. Dari Samarkand ia mengadakan serangan-serangan ke sebelah Barat dan dapat menguasai daerah-daerah yang terletak antara Delhi dan Laut Marmara. Dinasti Timur Lenk berkuasa sampai pertengahan kedua dari abad ke XV. Kedatangannya ke daerah-daerah ini juga membawa penghancuran. Keganasan Timur digambarkan oleh pembunuhan massal yang dilakukannya di kota-kota yang tidak mau menyerah tetapi melawan kedatangannya. Di kota-kota yang telah ditundukkan ia dirikan piramid dari tengkorak rakyat yang dibunuh. Di Delhi misalnya ia sembelih 80.000 dari penduduknya. Di Aleppo lebih dari 20.000 orang. Mesjid-mesjid dan madrasah-madrasah dihancurkan. Dari Mesjid Umawi di Damaskus hanya dinding yang tinggal. Di mana saja ia datang, ia membawa penghancuran.[3]
2) Munculnya Dinasti Mamaluk di Mesir
Di Mesir, dalam pada itu, khilafah Fatimiah digantikan oleh Dinasti Salah Al-Din Al-Ayubi di tahun 1174 M. Dengan datangnya Salah Al-Din, Mesir masuk kembali ke aliran Sunni. Aliran Syi’ah di sana hilang dengan hilangnya khilafah Fatimiah. Salah Al-Din dikenal dalam sejarah sebagai Sultan yang banyak membela Islam dalam Perang Salib. Dinasti Al-Ayubi jatuh di tahun 1250 M dan kekuasaan di Mesir berpindah ke tangan kaum Mamluk.
Kaum Mamluk ini berasal dari budak-budak yang kemudian mendapat kedudukan tinggi dalam pemerintahan Mesir. Sultan Mamluk yang pertama adalah Aybak (1250 - 1257 M), dan salah satu yang termasyhur di antara mereka adalah Sultan Baybars (1260 — 1277 M) yang dapat mengalahkan Hulagu di ‘Ain Jalut. Kaum Mamluk berkuasa di Mesir berpindah ke tangan kaum Mamluk. Kaum Mamluk ini berasal dari budak-budak yang kemudian mendapat kedudukan tinggi dalam pemerintahan Mesir.
Sultan Mamluk yang pertama adalah mengalahkan Hulagu di ‘Ain Jalut. Kaum Mamluk berkuasa di Mesir sampai tahun 1517 M. Merekalah yang membebaskan Mesir dan Suria dari peperangan Salib dan juga yang membendung serangan-serangan kaum Mongol di bawah pimpinan Hulagu dan Timur Lenk, sehingga Mesir terlepas dari penghancuran-penghancuran seperti yang terjadi di dunia Islam lain.
Di India juga persaingan dan peperangan untuk merebut kekuasaan selalu terjadi sehingga India senantiasa menghadapi perobahan penguasa. Dinasti timbul untuk kemudian dijatuhkan dan diganti oleh yang lain. Kekuasaan Dinasti Ghaznawi dipatahkan oleh pengikut-pengikut Ghaur Khan, yang juga berasal dari salah satu suku-bangsa Turki. Mereka masuk ke India di tahun 1175 M, dan bertahan sampai tahun 1206 M. India kemudian jatuh ketangan Qutbuddin Aybak, yang selanjutnya menjadi pendiri Dinasti Mamluk India (1206 — 1290 M), kemudian ke tangan Dinasti Khalji (1296 - 1316 M), selanjutnya Dinasti Tughluq (1320 – 1413 M) dan Dinasti-dinasti lain, sehingga Babur datang di permulaan abad XVI dan membentuk Kerajaan Mughal di India.
Di Spanyol sementara itu timbul peperangan antara Dinasti-dinasti Islam yang ada di sana dengan Raja-raja Kristen. Di dalam peperangan itu Raja-raja Kristen dapat memakai politik adu-domba antara Dinasti-dinasti Islam tersebut. Sebaliknya Raja-raja Kristen mengadakan persatuan sehingga satu demi satu Dinasti-dinasti Islam dapat dikalahkan. Cordova jatuh di tahun 1238 M. Seville di tahun 1248 M, dan akhirnya Granada jatuh di tahun 1491 M. Orang-orang Islam dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau keluar dari Spanyol. Di tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi orang Islam di Spanyol.
Umumnya mereka pindah ke kota-kota di pantai Utara Afrika. Sebagai dapat dilihat di atas di Masa Kemunduran I ini, desentralisasi dan disintegrasi dalam dunia Islam meningkat. Dizaman inilah pula hancurnya khilafah secara formil. Islam tidak lagi mempunyai Khalifah, yang diakui oleh semua umat sebagai lambang persatuan dan ini berlaku sampai Kerajaan Usmani mengangkat Khalifah yang baru di Istambul di abad keenambelas. Bahagian, yang merupakan pusat dunia Islam, jatuh ke tangan bukan Islam buat beberapa waktu. Dan terlebih dari itu, Islam hilang dari Spanyol.[4]
Perbedaan antara kaum Sunni dan kaum Syi’ah menjadi bertambah nyata kelihatan. Demikian pula antara Arab dan Persia. Dunia Islam terbagi dalam dua bagian; bagian Arab yang terdiri atas Semenanjung Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir, Afrika Utara dan Sudan dengan Mesir sebagai pusatnya; dan bagian Persia yang terdiri atas daerah Balkan, Turki, Persia, Turkistan dan India dengan Persia sebagai pusatnya. Sungguhpun demikian kekuasaan pada umumnya terletak ditangan Dinasti-dinasti yang berasal dari suku-suku bangsa Turki. Kebudayaan Persia meningkat di dunia Islam bagian Persia serta mengambil bentuk internasional dan dengan demikian mulai mendesak lapangan kebudayaan Arab.
Di samping itu pengaruh tarikat-tarikat bertambah mendalam dan bertambah meluas di dunia Islam. Pendapat yang ditimbulkan di Zaman Disintegrasi bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima secara umum di zaman ini. Antara mazhab yang empat terdapat suasana damai dan di madrasah-madrasah diajarkan mazhab yang empat. Perhatian pada ilmu-ilmu pengetahuan sedikit sekali.
Tetapi sebaliknya Islam mendapat pemeluk-pemeluk baru di daerah-daerah yang selama ini belum pernah dimasuki Islam. Ke daerah Balkan Islam dibawa oleh Usman, seorang Kepala Suku-bangsa Turki yang menetap di Asia Kecil. Usman dan anak buahnya pada mulanya mengadakan serangan-serangan terhadap Kerajaan Bizantium di Asia Kecil. Sebelum meninggal di tahun 1326 M, Bursa telah dapat dikuasainya. Serangan-serangan diteruskan oleh anaknya Orkhan I (1326 - 1357 M) sampai ke bahagian Timur dari benua Eropa. Benteng Tzimpe dan Gallipoli jatuh ke tangannya. Sultan Murad I (1359 - 1389 M) menaklukkan Adrianopel di tahun 1365 M. Kota ini kemudian dijadikan ibu kota. Tidak lama sesudah itu Macedonia jatuh ke bawah kekuasaannya.
Di tahun 1385 M Sofia, ibu kota Rumelia diduduki.[5] Dengan demikian kesultanan kecil yang dibentuk oleh Usman berobah menjadi kerajaan besar yang kemudian dikenal dalam sejarah dengan nama Kerajaan Usmani (Ottoman Empire). Sultan Bayazid (1389 — 1402 M) memperluas daerah kekuasaan Kerajaan Usmani di Eropa dengan menaklukkan sebahagian dari Yunani dan daerah-daerah Eropa Timur sampai ke perbatasan Hongaria Salonika dikuasai kemudian oleh Sultan Murad II (1421 — 1451 M) dan dari sana ia masuk ke Albania. Kemajuan-kemajuan lain dibuat oleh Sultan-sultan yang datang sesudahnya.
                                                              

Gambar 7.1: Masjid Aya Sofia

b. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500 - 1800 M).
Masa ini dapat pula dibagi ke dalam dua fase, Fase Kemajuan dan Fase Kemunduran.
1) Fase Kemajuan (1500 - 1700 M).
Fase Kemajuan ini merupakan Kemajuan Islam II. Tiga Kerajaan Besar yang dimaksud ialah Kerajaan Usmani di Turki. Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India.
1) Kerajaan Uthmani (Turki)
Sultan Muhammad Al-Fatih (1451 - 1481 M) dari Kerajaan Usmani mengalahkan Kerajaan Bizantium dengan menduduki Istambul di tahun 1453 M. Ekspansi ke arah Barat dengan demikian berjalan lebih lancar. Tetapi di zaman Sultan Salim I (1512 - 1520 M) perhatian ke arah Barat dialihkan ke arah Timur. Persia mulai diserang dan dalam peperangan Syah Ismail dikalahkan dan dipukul mundur. Setelah menguasai Suria, Sultan Salim merebut Mesir dari tangan Dinasti Mamluk. Cairo jatuh di tahun 1517 M.
Kemajuan-kemajuan lain dibuat oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520 — 1566 M). Sultan Sulaiman adalah Sultan Usmani yang terbesar. Di zamannya Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest dan Yaman dapat dikuasai. Winen ia kepung di tahun 1529 M.
Di masa kerajaannya daerah kekuasaan Kerajaan Usmani mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Suria, Hejaz serta Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis serta Aljazair di Afrika dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.[6]
Puncak ekspansi terjadi pada masa Muhammad II yang dikenal dengan gelar al-Fatih (Sang Penakluk). Kota penting yang ditaklukkan adalah Constatinopel (1453 M) ibukota Romawi Timur, yang namanya diubah menjadi Istanbul (Tahta Islam). Hal ini menyebabkan mudahnya tentara Usmani menaklukkan wilayah Serbia, Albania, dan Hungaria.[7]
Peta kekuasaan Turki Usmani dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
 


Gambar 7.2: Peta Kerajaan Turki Uthmani

2) Kerajaan S}afawi (Iran)
Sementara itu di Persia muncul satu Dinasti baru yang kemudian merupakan suatu Kerajaan Besar di dunia Islam. Dinasti ini berasal dari seorang sufi Syeikh Ishak Safiuddin (1252 — 1334 M). dari Ardabil di Azarbaijan. Syeikh Safiuddin beraliran Syi’ah dan mempunyai pengaruh besar di daerah itu. Cucunya Syeikh Ismail Safawi dapat mengalahkan Dinasti-dinasti lain terutama kedua Suku bangsa Turki Kambing Putih dan Kambing Hitam, sehingga akhirnya Dinasti Safawi dapat menguasai seluruh daerah Persia. Di sebelah Barat Kerajaan Safawi berbatasan dengan Kerajaan Usmani dan di sebelah Timur dengan India yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Kerjaaan Mughal. Syah Ismail membuat aliran Syi’ah sebagai mazhab yang dianut negara.
Di antara Sultan-sultan besar dari Kerajaan Safawi selain dari Syah Ismail (1500 - 1524 M), terdapat nama-nama Syah Tahmasp (1524 - 1576 M), dan Syah Abbas (1557 - 1629 M). Sesudah Syah Abbas, raja-raja Safawi tidak ada yang kuat lagi dan akhirnya dapat dijatuhkan oleh Nadir Syah (1736 - 1747 M), kepala dari salah satu suku bangsa Turki yang terdapat di Persia di ketika itu.
3) Kerajaan Mughal (India)
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482 - 1530 M), salah satu dari cucu-cucu Timur Lenk. Setelah menundukkan Kabul, ia melalui Khybar Pass, menyeberang ke India di tahun 1505 M. Lahore jatuh ke bawah kekuasaannya di tahun 1523 M, dan empat tahun kemudian India-Tengah dapat dikuasainya. Anaknya Humayun (1530 - 1556 M) menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang dikuasai Kerajaan Mughal yang muda itu. Dan anaknya Akbar (1556 - 1606M) menaklukkan Raja-raja India yang masih ada pada waktu itu dan kemudian juga Bengal.
Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang liberal dan ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din llahi. Sultan-sultan yang besar sesudah Akbar adalah antara lain Jehangir (1605 - 1627 M) dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (1628 — 1658 M) dan Aurangzeb (1659 - 1707 M). esudah Aurangzeb terdapat sultan-sultan lemah yang tidak dapat mempertahankan kelanjutan kerajaan Mughal.[8]
Masing-masing dari ketiga Kerajaan Besar ini mempunyai masa kejayaan sendiri terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Literatur dalam bahasa Turki di zaman inilah mulai muncul. Di masa-masa sebelumnya pengarang-pengarang Turki menulis dalam bahasa Persia. Di zaman Sultan Salim I dan Sultan Sulaiman dikenal dua pengarang Fuzuli dan Baki, yang kemudian disusul di abad ke delapan belas oleh Nedim dan Syeikh Ghalib. Dalam bidang arsitek, Sultan-sultan mendirikan istana-istana, mesjid-mesjid, benteng-benteng, dan sebagainya. Di antara mesjid-mesjid yang terkenal dapat disebut mesjid Aya Sofia, yang padaimulanya adalah gereja, tetapi dirobah menjadi mesjid, dan mesjid Sulaimania di Istambul. Mesjid dalam bentuk arsitek Ottoman didirikan juga di luar daerah Turki, seperti mesjid Muhammad Ali di Cairo.
Di India bahasa Urdu juga meningkat menjadi bahasa literatur dan menggantikan bahasa Persia yang sebelumnya dipakai di kalangan istana Sultan-sultan di Delhi Menurut sejarahnya penulis-penulis besar pertama dalam bahasa ini adalah Mazhar, Sauda, Dard dan Mir, kesemuanya di abad kedelapan belas.
Gedung-gedung bersejarah yang ditinggalkan priode ini adalah antara lain Taj Mahal di Agra, Benteng Merah, Jama Masjid, istanaistana dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi. Sultan-sultan Mughal juga mendirikan makam-makam yang indah. Persia juga mempunyai mesjid-mesjid indah yang didirikan di periode ini, seperti Mesjid Besar Isfahan yang dibangun untuk Syah Abbas.
Tetapi disebalik itu perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu pengetahuan di seluruh dunia Islam memang merosot. Tarikah terus mempunyai pengaruh besar dalam hidup umat Islam. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan besar, di samping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu mulai pula muncul sebagai bahasa penting dalam Islam.[9]
Kedudukan bahasa Arab untuk menjadi bahasa persatuan bertambah menurun. Kemajuan Islam II ini lebih banyak merupakan kemajuan dalam lapangan politik dan jauh lebih kecil dari Kemajuan Islam I. Dalam pada itu Barat mulai bangkit terutama dengan terbukanya jalan ke pusat rempah-rempah dan bahan-bahan mentah di Timur Jauh, melalui Afrika Selatan dan dijumpainya Amerika oleh Colombu.s di tahun 1492 M. Tetapi sebagai diterangkan Mc Neill, kekuatan Eropa pada waktu itu diperbandingkan dengan kekuatan Islam, masih lemah
2) Fase Kemunduran II, (1700 — 1800 M).
1. Kerajaan Uthmani
Sesudah Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani tidak lagi mempunyai Sultan-sultan yang kenamaan. Kerajaan ini mulai memasuki fase kemundurannya di abad ke XVII M. Di dalam negeri timbul pemberontakan- pemberontakan, seperti di Suria di bawah pimpinan Kurdi Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir Fakhruddin. Dengan negara-negara tetangga terjadi peperangan seperti Venitia (1645 - 1664 M.) dan dengan Syah Abbas dari Persia. Jenissary, nama yang diberikan kepada tentara Usmani juga berontak. Juga jeleknya moral sultan menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri.[10]
Sultan-sultan berada di bawah kekuasaan Harem. Dalam pada itu di Eropa mulai pula timbul negara-negara yang kuat, sedang Rusia di bawah Peter Yang Agung telah pula berobah menjadi negara yang maju. Dalam peperangan dengan negara-negara ini Kerajaan Usmani mengalami kekalahan-kekalahan dan daerahnya di Eropa mulai diperkecil sedikit demi sedikit. Umpamanya Yunania memperoleh kemerdekaannya kembali di tahun 1829 M dan Rumania lepas di tahun 1856. Yang lain-lain mengikuti, sehingga akhirnya sesudah Perang Dunia I daerah Kerajaan Usmani yang demikian luas dahulu hanya mencakup Asia Kecil dan sebagian kecil dari daratan Eropa Timur. Kerajaan Usmani lenyap dan sebagai gantinya timbul Republik Turki di tahun 1924 M.[11]
2) Kerajaan S}afawi
Di Persia, Kerajaan Safawi mendapat serangan dari Raja Afghan yang berlainan dengan Syah-syah Safawi, menganut faham Sunni. Mir Muhammad dapat menguasai Asfahan di tahun 1722 M. Tetapi dalam pada itu Nadir Syah seorang Jendral, atas nama Syah Tahmasp II dapat merampas ibu kota itu kembali di tahun 1730 M. Kemudian ia sendiri yang menjadi Syah di Persia. Tapi di tahun 1750 M, Karim Khan dari Dinasti Zand dapat merampas kekuasaan di seluruh Persia, kecuali daerah Khurasan. Kekuasaan Dinasti Zand ditentang oleh Dinasti Qajar dan akhirnya Agha Muhammad dapat mengalahkan Dinasti Zand di tahun 1794 M. Semenjak itu sampai tahun 1925 M, Persia diperintah oleh Dinasti Qajar.
3) Kerajaan Mughal
Di India, di bawah pemerintahan Aurangzeb yang mendapat gelar Alamghir, terjadi pemberontakan-pemberontakan dari pihak berontakan Sikh dipimpin oleh Guru Tegh Bahadur dan kemudian oleh Guru Gobind Singh. Golongan Rajput berontak di bawahpimpinan Raja Udaipur. Kaum Mahratas dipimpin oleh Sivaji dan anaknya Sambaji.
Sesudah Aurangzeb meninggal serangan-serangan pemberontak bertambah kuat dan akhirnya daerah-daerah yang jauh dari Delhi melepaskan diri kekuasaan Mughal satu demi satu. Dalam pada dari itu Inggris telah pula turut memainkan peranan dalam politik India dan menguasai India di tahun 1857 M., Sampai tahun 1947 M India menjadi jajahan Inggris.
Di masa ini kekuatan militer dan politik umat Islam menurun. Dagang dan ekonomi umat Islam, dengan hilangnya monopoli dagang antara Timur dan Barat dari tangan mereka, jatuh. Ilmu pengetahuan di dunia Islam dalam keadaan stagnasi. Tarikat-tarikat diliputi oleh suasana khurafat dan superstisi. Umat Islam dipengaruhi oleh sikap fatalistis. Dunia Islam dalam keadaan mundur dan statis.
Dalam pada itu, Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari Amerika dan laba yang timbul dari dagang langsung dengan Timur Jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat, yang kekuatannya bertambah besar, ke dunia Islam yang didudukinya, kian lama bertambah mendalam. Akhirnya di tahun 1798 M. Napoleon menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam yang terpenting.
Jatuhnya pusat Islam ini ketangan Barat, menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban yang lebih tinggi dari peradaban Islam, dan yang merupakan ancaman bagi hidup Islam sendiri.
B. ISLAM MASA MODERN
1. Kemerdekaan Negara Islam
Masa pembaharuan atau modern bagi dunia islam adalah masa yang di mulai dari tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran umat islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa pembaharuan ini, telah muncul tokoh-tokoh pembaharu dan pemikir islam di berbagai Negara islam.
Islam Pada abad ke-19 dan 20 atau yang lebih dikenal dengan era modern diwarnai dengan kemerdekaan negara-negara Islam. Dalam tahun-tahun terakhir ini banyak Negara muslim yang telah merdeka khususnya di Asia dan Afrika, bersamaan dengan itu muncul pula organisasi-organisasi dan partai-partai nasional yang mendasarkan bentuk-bentuk pemerintahan pada prinsip-prinsip syari’at Islam.[12]
Pada awal masa pembaharuan, kondisi islam secara politis berada di bawah pengaruh kolonialisme.  Baru pada pertengahan abad ke-20 M, dunia islam bangkit memerdekakan negaranya dari penjajahan (kolonial) bangsa barat (Eropa).
Kemerdekaan Negara Islam tentunya melalui proses yang cukup panjang dalam memperoleh kemerdekaannya kembali, oleh karena itu adanya faktor-faktor yang mendorong masyarakat di Negara muslim sangat memungkinkan, di antaranya adalah:
1.  Benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa mereka memang jauh tertinggal dari Eropa.[13] Turki Usmani adalah yang pertama merasakan itu sehingga memaksa penguasa dan pejuang Turki untuk belajar di Eropa.
2.         Dorongan gagasan dua factor yang saling mendukung dalam gerakan pembaharuan Islam, pertama, pemurnian ajaran Islam dari unsure-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam. Kedua, gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat, seperti gerakan Wahabiyah dan Sanusiyah di Saudi Arabia dan Afrika Utara.[14]
3.         Bangkitnya gagasan Nasionalisme di dunia Islam yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan Negara nerdeka yang lepas dari pengaruh Barat.
Adapun Negara-negara Islam yang merdeka pada abad ke-19 dan 20 diantaranya:
1.         Pakistan, merdeka pada tahun 15 Agustus 1947, kemerdekaan Pakistan diperoleh dari penjajahan Inggris yang menyerahkan kedaulatannya di India kepada dewan konstitusi, satu untuk India dan Pakistan, adapun presiden pertamanya adalah Ali Jinnah.
2.   Mesir, negara ini merdeka secara resmi dari penjajahan Inggris pada tahun 1922 tetapi pengaruh Inggris masih besar melalui Raja Faruk, kemudian setelah tergulingnya Raja Faruk Mesir merasa benar-benar sudah merdeka dibawah pemerintahan Jamal Abd al Naser pada tahun 1958.
3.         Irak, memperoleh kemerdekaan secara formal pada tahun 1932, tapi rakyatnya baru merasakan benar-benar merdeka pada tahun 1958.
4.         Syiria, Yordania, dan Lebanon. Negara-negara sekitar Irak ini memproklamirkan kemerdekaannya sekitar tahun 1946.[15]
5.  Negara-negara Afrika, Libya merdeka sekitar tahun 1951, sudan dan Maroko pada tahun 1956, sedangkan al Jazair memperoleh kemerdekaan pada thun 1962. semuanya membebaskan diri dari penjajahan Perancis, perlu diingat dalam kurun waktu hampir bersamaan ada Negara yang juga memperoleh kemerdekaan, yaitu Yaman Utara, dan Yaman Selatan, serta Emirat Arab.[16]
6.   Negara-negara Asia Tenggara, Malaysia pada tahun 1957 dan Brunei Darussalam pada tahun 1984 juga menyatakan kemerdekaannya dari Inggris.

2. Pembaharuan Islam
Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir di tahun 1801, membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berfikir dan mencari jalan untuk mengembalikan balance of power, yang telah pincang dan membahayakan Islam. Kontak Islam dengan Barat sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam dengan Barat di periode klasik. Pada waktu itu Islam sedang menaik dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang, sebaliknya sedang dalam kegelapan dan Barat sedang menaik. Kini Islam yang ingin belajar dari Barat.
Dengan demikian timbullah apa yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat umat Islam maju kembali sebagai di periode klasik.[17] Usaha-usaha ke arah itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Tetapi dalam pada itu, Barat juga bertambah maju. [18]
Kerajaan dan Negara Islam Beserta Era Pembaharuannya
1. Kerajaan Mughal India
Kerajaan Mughal di India merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di dunia yang tidak dapat dihilangkan dalam lintasan sejarah peradaban umat Islam. Pendiri kerajaan ini adalah Zahiruddin Muhammad, dikenal dengan Babur yang berarti singa.
Babur hanya dapat menikmati usaha merintis kerajaan Mughal selama lima tahun. Setelah wafat (1530 M), pemerintahan diteruskan oleh puteranya yang bernama Humayun. Tidak berbeda dengan ayahnya, ia juga menghiasi kepemimpinannya dengan peperangan.
Pergantian demi pergantian raja terus berlanjut, dari Sultan Akbar hingga Aurangzeb. Setelah wafatnya Aurangzeb, raja-raja kerajaan tercatat semakin melemah. Kerajaan Mughal tidak hanya sebagai simbol dan lambang belaka, bahkan raja hanya diberi gaji oleh kolonial Inggris yang telah datang untuk biaya hidup tinggal di istana.
Dengan fenomena ikut andilnya Negara Inggris, maka muncul dan menciptakan ide pembaharuan. Ide ini dicetuskan oleh Shah Waliyullah Dehalwi (abad ke-18) yang telah menyebar ke seluruh India. Salah satu muridnya, Shah Abdul Azizi, berusaha membersihkan ajaran-ajaran agama yang bukan dari Islam. Ia berprinsip daerah-daerah yang dikuasai selain Islam, harus segera direbut kembali. Dengan semangat tersebut, ia bersama para murid melakukan perlawanan terhadap hegeemoni kekuasaan colonial Inggris. Namun, akhirnya ia terbunuh dalam sebuah pertempuran di Balakot.[19]
Meski terbunuhnya tokoh di atas, tidak menciutkan nyali para tokoh lainnya. Maka muncul baru dari tokoh-tokoh Islam di India yang ingin berjuang untuk kemerdekaan India dari penjajah. Salah satunya adalah Sayyid Ahmad Khan. Ia mengajak umat Islam untuk belajar bahasa Inggris, dan melakukan politik kompromi dengan Inggris. Dalam berbagai tulisan, seminar dan pidato, Ahmad Khan menyampaikan misinya yaitu menginginkan agar umat Islam mendirikan Negara sendiri, jangan bercampur dengan umat Hindu. Karena umat Islam akan tersisih menjadi minoritas.
Pada 1885, orang India bergabung denganpartai politk all Indian National Congress, tujuannya adalah untuk mendapatkan kemerdekaan, baik kelompok Islam maupun non muslim dalam satu wadah. Namun, tokoh-tokoh muslim mulai berpikir kembali bahwa imat Islam di India harus memiliki Negara sendiri, maka terbentuklah Partai Liga Muslim pada tahun 1906 di Dhaka atas prakarsa Nawab Vikarul Mulk dan Sir Salimullah.
Usaha tersebut tidak sia-sia. Pada 15 Agustus 1947, mendapatkan tujuan yang dimaksud, yaitu memperoleh kemerdekaan dan mendirikan negara sendiri yang berbasis Islam.  Negara itu dinamai Pakistan, dengan presiden pertamanya Ali Jinnah.[20]
2. Mesir
Mesir mulai zaman modern ketika terjadi persinggungan antara Barat (perancis) dan Mesir denan ekspedisi Napoleon  tahun 1798. Ketika Perancis angkat kaki dari Mesir pemerintahan diganti oleh Muhammad Ali Pasya sebagai gubernur Turki Usmani. Ia memulai memodernisir Mesir, terutama di bidang militer dan berkuasa hingga tahun 1848 yang kemudian digantikan oleh anaknya, Ibrahim Pasya.[21]
Tahun 1882 terjadi pemberontakan Urabi Pasya terhadap Inggris yang menguasai Mesir. Negeri lembah Nil itu baru merdeka dari Inggris tahun 1922. keturunan Muhammad Ali Pasya berkuasa di Mesir hingga tahun 1953, ketiak Mesir dipimpin oleh Raja Faruq. Kemudian digantikan oleh Muhammad Naguib dan Mesir berubah menjadi negara Republik. Ia menggalang persatuan dengan Syiria yang diberi nama Republik Persatuan Arab pada tahun 1958. Namun, persatuan itu tidak lama, hanya sampai September 1961.
3. Pemikiran Islam Modern
Berawal dari kegelisahan umat Islam pada saat itu, yaitu banyaknya muncul penyelewengan-penyelewengan ajaran Islam, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun dalam tingkatan politik dan pendidikan. Maka diperlukan adanya proses modernisasi maupun pembaharuan baik di bidang politik, pendidikan dan akidah.
Selain itu, salah satu sebab perlunya perkembangan modern dalam Islam adalah karena dalam agama terdapat ajaran-ajaran absolute mutlak benar, kekal tidak berubah dan tidak bisa diubah. Ajaran-ajaran itu diyakini sebagai dogma dan sebagai akibatnya timbulllah sikap dogmatis agama. Sikap dogmatis membuat orang tertutup dan tak bisa menerima pendapat yang bertentangan dengan dogma-dogma yang dianutnya. Dogmatisme membuat orang bersikap tradisional, emosional dan tidak rasional.[22]
Pembaharuan dalam hal apapun, termasuk dalam konteks keagamaan (pemahaman terhadap ajaran agama) akan terus dan selalu terjadi sebab cara dan pola berpikir manusia serta kondisi social masyarakat selalu berubah seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di segala bidang yang akhirnya membuahkan tekhnologi yang semakin canggih. Lain dari pada itu kemunduran dan stagnasi berpikir umat sebagai buah dari fanatisme serta adanya "pihak luar" yang ingin merekomendasi dan menguasai, mendorong sebagian pemikir untuk mengadakan pembaharuan.
Upaya pembaharuan dalam Islam mempunyai alur yang panjang khususnya sejak bersentuhan dengan dunia Barat, untuk memahami makna dan hakekat pembaharuan. Dan yang masih menjadi pertanyaan besar adalah mengapa umat Islam masih tertinggal dari dunia Barat (setelah dahulu mengalami masa keemasan).
Penjajahan oleh bangsa Barat terhadap bangsa-bangsa Islam semakin memperjelas ketinggalan dunia Islam akan segala hal. Bangsa yang pertama kali merasakan ketertinggalan itu adalah Turki Usmani. Disebabkan karena bangsa ini yang pertama dan yang utama menghadapi kekuatan Barat.
Pembaharuan yang dilakukan Turki Usmani diutamakan dalam pranata social, politik, dan militer. Kerja keras para penguasa dalam upaya memodernisasi kerajaan Turki Usmani membawa dampak yang baik bagi gerakan modern di Negara-negara Islam lainnya seperti Mesir.
Pada dasarnya kelemahan dunia Islam itu terletak pada bidang akidah yang sudah tercemari oleh berbagai khurafat dan bid’ah, juga kelemahan dan ketertinggalan dalam bidang sains dan tekhnologi. Kemudian kehadiran para tokoh modernis (pembaharu) itu pada umumnya untuk membangkitkan kesadaran umat Islam. Berikut tokoh dan pemikirannya yang ikut andil dalam mempebaharui kebangkitan Islam.
a) Pembaharuan dalam Bidang Akidah
a.  Muhammad ibn Abdul Wahhab
Pemikiran Muhammad ibn Wahhab mempengaruhi dunia Islam di masa modern sejak abad kesembilan belas. Walaupun ia sendiri hidup di abad sebelumnya, tetapi pemikirannya mengilhami gerakan-gerakan pem-baharuan Islam pada abad setelahnya. Bahkan sisa-sisanya masih terasa hingga kini.[23]
Muhammad ibn Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd Arabia Tengah pada tahun 1115 – 1703 M. Ayahnya Abdul Wahhab adalah seorang hakim di kota kelahirannya. Di masa pemerintahan Abdullah ibn Muhammad ibn Muammar dan mengajar fiqh dan hadis di masjid kota tersebut. Kakeknya Sulaiman, adalah seorang mufti di Nejd. Ia mulai belajar agama dari Ayahnya sendiri dengan membaca dan menghafal al-Qur’an. Di samping belajar kitab-kitab agama aliran Hanbali, ia berkelana mencari ilmu ke Mekkah, Madinah dan Basra.
Sebutan Wahhabiyah adalah nama yang diberikan kepada kaum muwahhidun (kelompok pemurnian tauhid) oleh lawan-lawannya, karena pemimpinnya bernama Muhammad ibn Abdul Wahab.
Pemikiran keagamaan yang dibawakan olehnya dan menonjol difokuskan pada pemurnian tauhid, yakni meng-Esa-kan Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Namun, dengan berjalannya waktu, gerakan mereka berkembang menjadi gerakan politik. Meski demikian, ia tidak meninggalkan misi asalnya yaitu pemurnian Islam.
Menurutnya, pembagian tauhid dikategorikan menjadi tauhid ilahiyyah, rubbubiyah, asma, sifat dan tauhid af’al yang disebut juga tauhi ilm dan i’tiqad.[24]
Baginya, syirik adalah orang yang menyekutukan Allah dan tidak akan diampuni oleh Allah dosa yang disebabkan tersebut. Pembagian syirik menjadi dua, yaitu syirik akbar (syirik yang nyata) dan syirik asghar (syirik yang tidak tampak) seperti berbuat berlebihan terhadap mahluk yang tidak boleh seseorang beribadah kepadanya, bersumpah kepada selain Allah dan riya’
b.  Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849 M, ayahnya bernama Abdul Hasan Khoirullah yang berasal dari Turki, dan ibunya seorang Arab yang silsilahnya sampai kepada suku Umar Bin Khatab. Abduh termasuk anak yang cerdas, meskipun ia bersal dari keluarga petani miskin di Mesir. Sejak kecil ia tekun belajar dan melanjutkan studinya di al Azhar.[25]
Sebagai rektor al-Azhar, ia memasukkan kurikulum filsafat dalam pendidikan di al-Azhar, upaya ini dilakukan untuk mengubah cara berpikir orang-orang al-Azhar. Akan tetapi usahanya ini mendapat tantangan keras dari para syekh al Azhar lainnya yang masih berpikiran kolot. Oleh karena itu, usaha pembaharuan yang dilakukan lewat pendidikan di al-Azhar tidak berhasil.
Meskipun begitu, ide-ide pembaharuan yang dibawa Abduh, memberikan dampak positif bagi perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Selain sektor pendidikan, proyek pembaharuan Abduh menurut professor sejarah Islam di University of Massachuussets adalah politik dan ranah social keluarga yaitu peran wanita[26]. Disamping tiu, Murodi dalam tulisannnya menambahkan analisisnya bahwa ide-ide pemikiran Abduh diantaranya adalah: pembukaan pintu ijtihad, penghargaan terhadap ‘akal’ (Rasionalitas), kekuasaan Negara harus dibatasi oleh konstitusi, memodernisasikan sistem pendidikan Islam di al Azhar.[27]
c.  Muhammad Rasyid Ridho
Rasyid Ridho dilahirkan di al Qalamun, di pesisir laut Tengah, pada tanggal 23 September 1865 M. Pendidikan bermula di madrasah al Kitab al Qalamun, kemudian di madrasah ar Rasyidiah di Tropoli.
Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan tingginya di al Azhar 1898 M dan berguru pada Muhammad Abduh. Diantara pembaharuannya adalah: pembaharuan dalam bidang agama, sosial, ekonomi, memberantas khurafat dan bid’ah. Serta paham-paham yang dibawa tarekat.
Adapun ide-ide pembaharuannya adalah: menumbuhkan sikap aktif dan dinamis di kalangan umat, mengajak untuk meninggalkan sikap fatalisme (jabariyah), rasionalitas dalam penafsiran al Qur’an dan Hadis, penguasaan sains dan tekhnologi, pemberantasan khurafat dan bid’ah, serta pemerintahan yang bersistem khalifah.



b) Pembaharuan dalam Bidang Politik
a.  Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin lahir di Afganisan tahun 1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897. Ia termasuk pembaharu yang berpengaruh di dunia Islam. Saat usia 25 tahun, ia menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di Afganistan, dan pada tahun 1864 menjadi penasehat Sir Ali Khan. Serta pernah diangkat sebagai Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan beberapa tahun kemudian.
Ketika menjadi Perdana Menteri, Inggris sudah ikut campur dalam urusan nergeri Afganistan, maka Jamaluddin termasuk salah satu orang yang menentangnya. Karena kalah melawan Inggris, maka ia lebih baik meninggalkan negerinya dan pergi menuju ke India. Sejak itulah, ia berpindah-pindah kewarganegaraan. Pernah ke Paris dan Turki. Perpindahan itu juga dalam rangka membangkitkan umat Islam.
Dalam pola pikirnya, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam, salah satu sebabnya adalah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada’ dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang menyebabkan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, yaitu lemahnya persaudaraan antar umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua itu, menurutnya umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan ahlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintahan otokratis harus diubah menjadi demokratis. Dan persatuan umat harus diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai tuntutan zaman.
Selain itu, ia menegaskan bahwa solidaritas sesama muslim bukan karena ikatan etnik maupun rasial, tetapi karena ikatan agama. Muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau pada mulanya kecil akan berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain seagama selagi ia masih menegakkan hukum agama. Ide yang terahir inilah merupakan ide orisianal darinya, yang dikenal dengan Pan Islamisme, persaudaraan sesame umat Islam sedunia.[28]

b.  Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali Pasya adalah orang pertama yang membuka jalan pembaharuan di Mesir, kemudian beberapa tahun di akui sebagai  the founder of modern egypte. Berasal dari Turki, kelahiran Yunani pada tahun 1765 dan wafat pada tahun 1849. Sejak kecil beliau telah bekerja keras untuk keperluan hidupnya, sehingga tidak mempunyai waktu untuk sekolah dengan demikian beliau tidak pandai baca tulis. Setelah dewasa Ali Pasya bekerja sebagai pemungut pajak dan karena rajin bekerja beliau disukai oleh gubernur yang akhirnya diangkat menjadi menantu.
Pada waktu penyerangan Napoleon ke Mesir, Sultan Turki mengirim bantuan tentara ke Mesir, di antara perwiranya adalah Muhammad Ali Pasya yang ikut melawan Napoleon pada tahun 1801[29], setelah itu diangkat menjadi colonel dan mulai saat itu Ali Pasya menjadi penguasa tunggal di Mesir. Akan tetapi ia keasikan dengan kekuasaannya dan bertindak diktator.
Akhirnya Muhammad Ali dan keturunannya menjadi raja di Mesir kurang lebih 1,5 abad lamanya. Akhir kekuasaanya pada tahun 1953. Jika diteliti Muhammad Ali Pasya tidak pandai baca tulis, tetapi beliau seorang yang cerdas dan merupakan sosok ambisius menjadi penguasa umat Islam. Keambisiusannya itu tampak dalam pembaharuan yang dilakukan terhadap kemajuan umat Islam, diantaranya: perkembangan politik dalam negeri maupun luar negeri, seperti membangun kekuatan militer, meningkatkan bidang pemerintahan, ekonomi dan pendidikan.[30]

c) Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan
a.   al Tahtawi
Nama aslinya adalah Rifa’ah Badhawi Rafi’ al Tahtawi, lahir pada tahun 1801 di Mesir Selatan, wafat tahun 1873 di Kairo. Seorang pembaharu yang mempunyai pengaruh besar pada abad ke-19 dan seorang yang sangat berpengaruh dalam usaha-uasaha gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya. Al Tahtawi belajar di al Azhar Mesir, dan setelah kembali diangkat menjadi sebagai guru bahasa Perancis dan penerjemahan di sekolah kedokteran.[31]
Pada tahun 1836 didirikan sekolah penerjemah yang kemudian dikepalai oleh al Tahtawi. Beliau bukan seorang penganut sekuler, usahanya adalah memperbaiki tradisi, khususnya dalam bidang pendidikan, kewanitaan dan memperbaiki literature. Beliau menginginkan Mesir maju seperti dunia Barat, namun tetap dijiwai oleh agama dalam segala aspek.
Salah satu jalan untuk kesejahteraan menurutnya adalah, berpegang pada agama dan akhlak budi pekerti, untuk itu pendidikan merupakan sarana penting. Tujuan dari pendidikan menurutnya adalah membentuk manusia berkepribadian patriotic dengan istilah hubbul wathon yaitu mencintai tanah air. Perasaan patriotic itu akan menimbulkan rasa kebangsaan, persatuan, tunduk dan mematuhi undang-undang, serta bersedia mengorbankan jiwa dan harta untuk mempertahankan kemerdekaan.
Dalam hal agama dan peranan ulama, al Taht}awi menghendaki agar para ulama selalu mengikuti perkembangan dunia modern dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan modern. Ini mengandung arti bahwa pintu ijtihad tetap dibiarkan terbuka lebar. Ide-ide pembaharuan yang dilontarkan al Tahtawi: ajaran Islam tidak hanya monoton mengurusi Tuhan akan tetapi kehidupan social juga harus seimbang, kebiasaan dictator raja seharusnya diganti dengan musyawarah, syari’at harus sesuai dengan perkembangan modern, para ulama harus belajar filsafat dan ilmu pengetahuan agar syari’at sesuai dengan kehidupan modern, pendidikan harus bersifat social (termasuk tidak ada pembedaan bagi perempuan). Umat Islam harus dinamis.




[1]     Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 129.
[2]     Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979), 79.
[3] Harun Nasution, Islam Ditinjau.., 81.
[4] Harun Nasution, Islam Ditinjau.., 82.
[5] Harun Nasution, Islam Ditinjau.., 83
[6] Harun Nasution, Islam Ditinjau.., 84.
[7]     Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yokyakarta: LESFI, cet. 2, 2003),155-156.
[8] Harun Nasution, Islam Ditinjau.., 85.
[9] Harun Nasution, Islam Ditinjau.., 86.
[10]    Badri Yatim, Sejarah Peradapan.., 135.
[11]    Harun Nasution, Islam Ditinjau.., 87.
[12]    Salim Azzam, Beberapa Pandangan Tentang Pembentukan Negara Islam, (Bandung: Mizan, cet. II, 1990) 45.
[13]    Riaz Hasan, Islam dari Konservatisme sampai Fundamentalisme (Jakarta: Rajawali Press, 1985), 185.
[14]    Ibid.
[15]    Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang: Perkembangannya dari Zaman ke Zaman, (Jakarta:  Bulan Bintang, 1979), 188.
[16]    Ibid.
[17]    Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979), 88-89.
[18]    Ibid, 89.
[19]    M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2207), 314-321.
[20]    Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 188.
[21]    Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab,  (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 141-142.
[22]    Harun Nasution, Perkembangan Modern dalam Islam, pengantar …, 1.
[23]    Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan …, 151-155.
[24]    Ali Mufrodi, Islam di Kawasan …, 153.
[25]    Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam (Semarang: Toha Putra, 1997), 177-178.
[26]    Ilyas Hasan, Para Perintis Zaman Baru Islam, terj. 50-68.
[27]    Murodi, Sejarah Kebudayaan…, 177-178.
[28]    Ali Mufrodi, Islam di Kawasan …, 155-159 .
[29]    Yusron Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam . (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), 69.
[30]    Ibid, 71-72.
[31]    Ibid, 74.

DOWNLOAD FILE DISINI

Related Posts: