SEJARAH ISLAM ABAD
PERTENGAHAN DAN ISLAM MODERN
Oleh: Sulaiman, S.Pd.I
A. SEJARAH ISLAM ABAD PERTENGAHAN
1. Islam Abad Pertengahan (Abad 13)
Puncak kejayaan Abbasiyah,
dianggap sebagai puncak peradaban islam. Karena masa Abbasiyah muncul
sedemikian banyak produk budaya yang menghantarkan umat islam mencapai puncak
kejayaan. Orang menganggap bahwa masa itu adalah masa keemasan bagi umat Islam
(golden age). Akan tetapi, pasca kehancuran abbasiyah, kondisi umat
islam mengalami kemunduran dalam banyak hal. Salah satunya adalah kemunduran
secara politik.
Setelah Dinasti Abbasiyah di
Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami
kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa
kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa
peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan
bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di situ saja. Timur
Lenk, mengahancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain. Keadaan politik
umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul
dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi
di Persia. Dinasti Usmani di samping yang pertama berdiri, juga yang terbesar
dan yang paling lama dibandingkan dua kerajaan lainnya.[1]
Islam abad pertengahan
ditengarai dengan fase kemunduran Islam dan tiga kerajaan besar dan masa modern.
Periode ini dapat pula dibagi ke dalam dua masa, Masa Kemunduran I dan Masa
Tiga Kerajaan Besar.[2]
a. Masa
Kemunduran I : 1250 - 1500 M.
1)
Serangan Mongol
Di zaman ini Jengis Khan dan
keturunannya datang membawa penghancuran ke dunia Islam. Jengis khan berasal
dari Mongolia. Setelah menduduki Peking di tahun 1212 M , ia mengalihkan
serangan-serangannya ke arah Barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam
jatuh ke tangannya. Transoxania dan Khawarizm dikalahkan di tahun 1219/20 M.
Kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M , Azarbaijan pada tahun 1223 M dan Saljuk di
Asia Kecil pada tahun 1243 M. Dari sini ia meneruskan serangan-serangannya ke
Eropa dan ke Rusia. Serangan ke Bagdad dilakukan oleh cucunya Hulagu Khan.
Khurasan di Persia terlebih dahulu ia kalahkan dan baru Hasysyasyin di Alamut
ia hancurkan. Pada permulaan tahun 1258 M ia sampai ke tepi kota Bagdad.
Perintah untuk menyerah ditolak oleh Khalifah
Al-Musta’sim dan kota Bagdad
dikepung. Akhirnya pada 10 Pebruari 1258 M benteng kota ini dapat ditembus dan
Bagdad dihancurkan. Khalifah dan keluarga serta sebahagian besar dari penduduk
dibunuh. Beberapa dari anggota keluarga Bani Abbas dapat melarikan diri, dan
diantaranya akhirnya ada yang menetap di Mesir. Dari sini Hulagu meneruskan
serangannya ke Suria dan dari Suria ia ingin memasuki Mesir. Tetapi di Ain
Jalut (Goliath) ia dikalahkan oleh Baybars, Jenderal Mamluk dari Mesir, di
tahun 1260 M.
2)
Serangan Timur Lank
Baghdad dan daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah
oleh Dinasti Ilkhan. llkhan adalah gelaran yang diberikan kepada Hulagu. Daerah
yang dikuasai Dinasti ini ialah daerah yang terletak antara Asia Kecil di Barat
dan India di Timur. Dinasti llkhan berumur dekat 100 tahun. Hulagu bukanlah
beragama Islam dan anaknya Abaga (1265 - 1281 M) masuk Kristen. Di antara
keturunannya yang mula sekali masuk Islam ialah cucunya Tagudar dengan nama
Ahmad, tetapi mendapat tantangan dari para Jenderalnya. Ghasan Mahmud (1295 -
1304 M) juga masuk Islam dan demikian juga Uljaytu Khuda Banda (1305 - 1316 M).
Uljaytu pada mulanya beragama Kristen dan adalah Raja Mongol besar yang
terakhir. Kerajaan yang dibentuk Hulagu akhirnya pecah menjadi beberapa
Kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan Jaylar (1336 - 1411 M) dengan Bagdad
sebagai ibu kota, Kerajaan Salghari (1148 - 1282 M) di Faris, dan Kerajaan
Muzaffari (1313 - 1393 M) juga di Faris.
Dalam pada itu Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan
Jengis Khan dapat menguasai Samarkand di tahun 1369 M. Dari Samarkand ia
mengadakan serangan-serangan ke sebelah Barat dan dapat menguasai daerah-daerah
yang terletak antara Delhi dan Laut Marmara. Dinasti Timur Lenk berkuasa sampai
pertengahan kedua dari abad ke XV. Kedatangannya ke daerah-daerah ini juga
membawa penghancuran. Keganasan Timur digambarkan oleh pembunuhan massal yang
dilakukannya di kota-kota yang tidak mau menyerah tetapi melawan kedatangannya.
Di kota-kota yang telah ditundukkan ia dirikan piramid dari tengkorak rakyat yang
dibunuh. Di Delhi misalnya ia sembelih 80.000 dari penduduknya. Di Aleppo lebih
dari 20.000 orang. Mesjid-mesjid dan madrasah-madrasah dihancurkan. Dari Mesjid
Umawi di Damaskus hanya dinding yang tinggal. Di mana saja ia datang, ia
membawa penghancuran.[3]
2) Munculnya
Dinasti Mamaluk di Mesir
Di Mesir, dalam pada itu, khilafah Fatimiah digantikan oleh Dinasti
Salah Al-Din Al-Ayubi di tahun 1174 M. Dengan datangnya Salah Al-Din, Mesir
masuk kembali ke aliran Sunni. Aliran Syi’ah di sana hilang dengan hilangnya
khilafah Fatimiah. Salah Al-Din dikenal dalam sejarah sebagai Sultan yang
banyak membela Islam dalam Perang Salib. Dinasti Al-Ayubi jatuh di tahun 1250 M
dan kekuasaan di Mesir berpindah ke tangan kaum Mamluk.
Kaum Mamluk ini berasal dari budak-budak yang kemudian mendapat
kedudukan tinggi dalam pemerintahan Mesir. Sultan Mamluk yang pertama adalah
Aybak (1250 - 1257 M), dan salah satu yang termasyhur di antara mereka adalah
Sultan Baybars (1260 — 1277 M) yang dapat mengalahkan Hulagu di ‘Ain Jalut.
Kaum Mamluk berkuasa di Mesir berpindah ke tangan kaum Mamluk. Kaum Mamluk ini
berasal dari budak-budak yang kemudian mendapat kedudukan tinggi dalam
pemerintahan Mesir.
Sultan Mamluk yang pertama adalah mengalahkan Hulagu di ‘Ain Jalut.
Kaum Mamluk berkuasa di Mesir sampai tahun 1517 M. Merekalah yang membebaskan
Mesir dan Suria dari peperangan Salib dan juga yang membendung
serangan-serangan kaum Mongol di bawah pimpinan Hulagu dan Timur Lenk, sehingga
Mesir terlepas dari penghancuran-penghancuran seperti yang terjadi di dunia
Islam lain.
Di India juga persaingan dan peperangan untuk merebut kekuasaan
selalu terjadi sehingga India senantiasa menghadapi perobahan penguasa. Dinasti
timbul untuk kemudian dijatuhkan dan diganti oleh yang lain. Kekuasaan Dinasti
Ghaznawi dipatahkan oleh pengikut-pengikut Ghaur Khan, yang juga berasal dari
salah satu suku-bangsa Turki. Mereka masuk ke India di tahun 1175 M, dan
bertahan sampai tahun 1206 M. India kemudian jatuh ketangan Qutbuddin Aybak,
yang selanjutnya menjadi pendiri Dinasti Mamluk India (1206 — 1290 M), kemudian
ke tangan Dinasti Khalji (1296 - 1316 M), selanjutnya Dinasti Tughluq (1320 –
1413 M) dan Dinasti-dinasti lain, sehingga Babur datang di permulaan abad XVI
dan membentuk Kerajaan Mughal di India.
Di Spanyol sementara itu timbul peperangan antara Dinasti-dinasti
Islam yang ada di sana dengan Raja-raja Kristen. Di dalam peperangan itu
Raja-raja Kristen dapat memakai politik adu-domba antara Dinasti-dinasti Islam
tersebut. Sebaliknya Raja-raja Kristen mengadakan persatuan sehingga satu demi
satu Dinasti-dinasti Islam dapat dikalahkan. Cordova jatuh di tahun 1238 M.
Seville di tahun 1248 M, dan akhirnya Granada jatuh di tahun 1491 M.
Orang-orang Islam dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau keluar dari
Spanyol. Di tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi orang Islam di Spanyol.
Umumnya mereka pindah ke kota-kota di pantai Utara Afrika. Sebagai
dapat dilihat di atas di Masa Kemunduran I ini, desentralisasi dan disintegrasi
dalam dunia Islam meningkat. Dizaman inilah pula hancurnya khilafah secara
formil. Islam tidak lagi mempunyai Khalifah, yang diakui oleh semua umat
sebagai lambang persatuan dan ini berlaku sampai Kerajaan Usmani mengangkat
Khalifah yang baru di Istambul di abad keenambelas. Bahagian, yang merupakan
pusat dunia Islam, jatuh ke tangan bukan Islam buat beberapa waktu. Dan
terlebih dari itu, Islam hilang dari Spanyol.[4]
Perbedaan antara kaum Sunni dan kaum Syi’ah menjadi bertambah nyata
kelihatan. Demikian pula antara Arab dan Persia. Dunia Islam terbagi dalam dua
bagian; bagian Arab yang terdiri atas Semenanjung Arabia, Irak, Suria,
Palestina, Mesir, Afrika Utara dan Sudan dengan Mesir sebagai pusatnya; dan
bagian Persia yang terdiri atas daerah Balkan, Turki, Persia, Turkistan dan
India dengan Persia sebagai pusatnya. Sungguhpun demikian kekuasaan pada umumnya
terletak ditangan Dinasti-dinasti yang berasal dari suku-suku bangsa Turki.
Kebudayaan Persia meningkat di dunia Islam bagian Persia serta mengambil bentuk
internasional dan dengan demikian mulai mendesak lapangan kebudayaan Arab.
Di samping itu pengaruh tarikat-tarikat bertambah mendalam dan
bertambah meluas di dunia Islam. Pendapat yang ditimbulkan di Zaman
Disintegrasi bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima secara umum di zaman
ini. Antara mazhab yang empat terdapat suasana damai dan di madrasah-madrasah
diajarkan mazhab yang empat. Perhatian pada ilmu-ilmu pengetahuan sedikit
sekali.
Tetapi sebaliknya Islam mendapat pemeluk-pemeluk baru di
daerah-daerah yang selama ini belum pernah dimasuki Islam. Ke daerah Balkan
Islam dibawa oleh Usman, seorang Kepala Suku-bangsa Turki yang menetap di Asia
Kecil. Usman dan anak buahnya pada mulanya mengadakan serangan-serangan
terhadap Kerajaan Bizantium di Asia Kecil. Sebelum meninggal di tahun 1326 M,
Bursa telah dapat dikuasainya. Serangan-serangan diteruskan oleh anaknya Orkhan
I (1326 - 1357 M) sampai ke bahagian Timur dari benua Eropa. Benteng Tzimpe dan
Gallipoli jatuh ke tangannya. Sultan Murad I (1359 - 1389 M) menaklukkan
Adrianopel di tahun 1365 M. Kota ini kemudian dijadikan ibu kota. Tidak lama sesudah
itu Macedonia jatuh ke bawah kekuasaannya.
Di tahun 1385 M Sofia, ibu kota Rumelia diduduki.[5] Dengan
demikian kesultanan kecil yang dibentuk oleh Usman berobah menjadi kerajaan
besar yang kemudian dikenal dalam sejarah dengan nama Kerajaan Usmani (Ottoman
Empire). Sultan Bayazid (1389 — 1402 M) memperluas daerah kekuasaan
Kerajaan Usmani di Eropa dengan menaklukkan sebahagian dari Yunani dan
daerah-daerah Eropa Timur sampai ke perbatasan Hongaria Salonika dikuasai
kemudian oleh Sultan Murad II (1421 — 1451 M) dan dari sana ia masuk ke
Albania. Kemajuan-kemajuan lain dibuat oleh Sultan-sultan yang datang
sesudahnya.
Gambar 7.1: Masjid Aya Sofia
Masa ini dapat pula dibagi ke dalam dua fase, Fase Kemajuan dan
Fase Kemunduran.
1) Fase
Kemajuan (1500 - 1700 M).
Fase Kemajuan ini merupakan Kemajuan Islam II. Tiga Kerajaan Besar
yang dimaksud ialah Kerajaan Usmani di Turki. Kerajaan Safawi di Persia dan
Kerajaan Mughal di India.
1) Kerajaan Uthmani (Turki)
Sultan Muhammad Al-Fatih (1451 - 1481 M) dari Kerajaan Usmani
mengalahkan Kerajaan Bizantium dengan menduduki Istambul di tahun 1453 M.
Ekspansi ke arah Barat dengan demikian berjalan lebih lancar. Tetapi di zaman
Sultan Salim I (1512 - 1520 M) perhatian ke arah Barat dialihkan ke arah Timur.
Persia mulai diserang dan dalam peperangan Syah Ismail dikalahkan dan dipukul
mundur. Setelah menguasai Suria, Sultan Salim merebut Mesir dari tangan Dinasti
Mamluk. Cairo jatuh di tahun 1517 M.
Kemajuan-kemajuan lain dibuat oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520
— 1566 M). Sultan Sulaiman adalah Sultan Usmani yang terbesar. Di zamannya
Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest dan Yaman dapat dikuasai. Winen
ia kepung di tahun 1529 M.
Di masa kerajaannya daerah kekuasaan Kerajaan Usmani
mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Suria, Hejaz serta Yaman di Asia, Mesir,
Libia, Tunis serta Aljazair di Afrika dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia,
Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.[6]
Puncak ekspansi terjadi pada masa Muhammad II yang
dikenal dengan gelar al-Fatih (Sang Penakluk). Kota penting yang ditaklukkan
adalah Constatinopel (1453 M) ibukota Romawi Timur, yang namanya diubah menjadi
Istanbul (Tahta Islam). Hal ini menyebabkan mudahnya tentara Usmani menaklukkan
wilayah Serbia, Albania, dan Hungaria.[7]
Peta kekuasaan Turki Usmani
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Gambar 7.2: Peta Kerajaan Turki Uthmani
2) Kerajaan S}afawi (Iran)
Sementara itu di Persia muncul satu Dinasti baru yang kemudian
merupakan suatu Kerajaan Besar di dunia Islam. Dinasti ini berasal dari seorang
sufi Syeikh Ishak Safiuddin (1252 — 1334 M). dari Ardabil di Azarbaijan. Syeikh
Safiuddin beraliran Syi’ah dan mempunyai pengaruh besar di daerah itu. Cucunya
Syeikh Ismail Safawi dapat mengalahkan Dinasti-dinasti lain terutama kedua Suku
bangsa Turki Kambing Putih dan Kambing Hitam, sehingga akhirnya Dinasti Safawi
dapat menguasai seluruh daerah Persia. Di sebelah Barat Kerajaan Safawi
berbatasan dengan Kerajaan Usmani dan di sebelah Timur dengan India yang pada
waktu itu berada di bawah kekuasaan Kerjaaan Mughal. Syah Ismail membuat aliran
Syi’ah sebagai mazhab yang dianut negara.
Di antara Sultan-sultan besar dari Kerajaan Safawi selain dari Syah
Ismail (1500 - 1524 M), terdapat nama-nama Syah Tahmasp (1524 - 1576 M), dan
Syah Abbas (1557 - 1629 M). Sesudah Syah Abbas, raja-raja Safawi tidak ada yang
kuat lagi dan akhirnya dapat dijatuhkan oleh Nadir Syah (1736 - 1747 M), kepala
dari salah satu suku bangsa Turki yang terdapat di Persia di ketika itu.
3) Kerajaan Mughal (India)
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota, didirikan
oleh Zahiruddin Babur (1482 - 1530 M), salah satu dari cucu-cucu Timur Lenk.
Setelah menundukkan Kabul, ia melalui Khybar Pass, menyeberang ke India di
tahun 1505 M. Lahore jatuh ke bawah kekuasaannya di tahun 1523 M, dan empat
tahun kemudian India-Tengah dapat dikuasainya. Anaknya Humayun (1530 - 1556 M)
menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang dikuasai Kerajaan Mughal
yang muda itu. Dan anaknya Akbar (1556 - 1606M) menaklukkan Raja-raja India
yang masih ada pada waktu itu dan kemudian juga Bengal.
Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang liberal dan ingin
menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din llahi.
Sultan-sultan yang besar sesudah Akbar adalah antara lain Jehangir (1605 - 1627
M) dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (1628 — 1658 M) dan Aurangzeb
(1659 - 1707 M). esudah Aurangzeb terdapat sultan-sultan lemah yang tidak dapat
mempertahankan kelanjutan kerajaan Mughal.[8]
Masing-masing dari ketiga Kerajaan Besar ini mempunyai masa
kejayaan sendiri terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Literatur dalam
bahasa Turki di zaman inilah mulai muncul. Di masa-masa sebelumnya
pengarang-pengarang Turki menulis dalam bahasa Persia. Di zaman Sultan Salim I
dan Sultan Sulaiman dikenal dua pengarang Fuzuli dan Baki, yang kemudian
disusul di abad ke delapan belas oleh Nedim dan Syeikh Ghalib. Dalam bidang
arsitek, Sultan-sultan mendirikan istana-istana, mesjid-mesjid,
benteng-benteng, dan sebagainya. Di antara mesjid-mesjid yang terkenal dapat
disebut mesjid Aya Sofia, yang padaimulanya adalah gereja, tetapi dirobah
menjadi mesjid, dan mesjid Sulaimania di Istambul. Mesjid dalam bentuk arsitek
Ottoman didirikan juga di luar daerah Turki, seperti mesjid Muhammad Ali di
Cairo.
Di India bahasa Urdu juga meningkat menjadi bahasa literatur dan
menggantikan bahasa Persia yang sebelumnya dipakai di kalangan istana Sultan-sultan
di Delhi Menurut sejarahnya penulis-penulis besar pertama dalam bahasa ini
adalah Mazhar, Sauda, Dard dan Mir, kesemuanya di abad kedelapan belas.
Gedung-gedung bersejarah yang ditinggalkan priode ini adalah antara
lain Taj Mahal di Agra, Benteng Merah, Jama Masjid, istanaistana dan
gedung-gedung pemerintahan di Delhi. Sultan-sultan Mughal juga mendirikan
makam-makam yang indah. Persia juga mempunyai mesjid-mesjid indah yang
didirikan di periode ini, seperti Mesjid Besar Isfahan yang dibangun untuk Syah
Abbas.
Tetapi disebalik itu perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali
dan ilmu pengetahuan di seluruh dunia Islam memang merosot. Tarikah terus
mempunyai pengaruh besar dalam hidup umat Islam. Dengan timbulnya Turki dan
India sebagai kerajaan besar, di samping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki
dan bahasa Urdu mulai pula muncul sebagai bahasa penting dalam Islam.[9]
Kedudukan bahasa Arab untuk menjadi bahasa persatuan bertambah
menurun. Kemajuan Islam II ini lebih banyak merupakan kemajuan dalam lapangan
politik dan jauh lebih kecil dari Kemajuan Islam I. Dalam pada itu Barat mulai
bangkit terutama dengan terbukanya jalan ke pusat rempah-rempah dan bahan-bahan
mentah di Timur Jauh, melalui Afrika Selatan dan dijumpainya Amerika oleh
Colombu.s di tahun 1492 M. Tetapi sebagai diterangkan Mc Neill, kekuatan Eropa
pada waktu itu diperbandingkan dengan kekuatan Islam, masih lemah
2) Fase Kemunduran II, (1700 — 1800 M).
1.
Kerajaan Uthmani
Sesudah Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani tidak lagi mempunyai
Sultan-sultan yang kenamaan. Kerajaan ini mulai memasuki fase kemundurannya di
abad ke XVII M. Di dalam negeri timbul pemberontakan- pemberontakan, seperti di
Suria di bawah pimpinan Kurdi Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir
Fakhruddin. Dengan negara-negara tetangga terjadi peperangan seperti Venitia
(1645 - 1664 M.) dan dengan Syah Abbas dari Persia. Jenissary, nama yang
diberikan kepada tentara Usmani juga berontak. Juga jeleknya moral sultan
menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri.[10]
Sultan-sultan berada di bawah kekuasaan Harem. Dalam pada itu di
Eropa mulai pula timbul negara-negara yang kuat, sedang Rusia di bawah Peter
Yang Agung telah pula berobah menjadi negara yang maju. Dalam peperangan dengan
negara-negara ini Kerajaan Usmani mengalami kekalahan-kekalahan dan daerahnya
di Eropa mulai diperkecil sedikit demi sedikit. Umpamanya Yunania memperoleh
kemerdekaannya kembali di tahun 1829 M dan Rumania lepas di tahun 1856. Yang
lain-lain mengikuti, sehingga akhirnya sesudah Perang Dunia I daerah Kerajaan
Usmani yang demikian luas dahulu hanya mencakup Asia Kecil dan sebagian kecil
dari daratan Eropa Timur. Kerajaan Usmani lenyap dan sebagai gantinya timbul
Republik Turki di tahun 1924 M.[11]
2) Kerajaan S}afawi
Di Persia, Kerajaan Safawi mendapat serangan dari Raja Afghan yang
berlainan dengan Syah-syah Safawi, menganut faham Sunni. Mir Muhammad dapat
menguasai Asfahan di tahun 1722 M. Tetapi dalam pada itu Nadir Syah seorang
Jendral, atas nama Syah Tahmasp II dapat merampas ibu kota itu kembali di tahun
1730 M. Kemudian ia sendiri yang menjadi Syah di Persia. Tapi di tahun 1750 M,
Karim Khan dari Dinasti Zand dapat merampas kekuasaan di seluruh Persia,
kecuali daerah Khurasan. Kekuasaan Dinasti Zand ditentang oleh Dinasti Qajar
dan akhirnya Agha Muhammad dapat mengalahkan Dinasti Zand di tahun 1794 M.
Semenjak itu sampai tahun 1925 M, Persia diperintah oleh Dinasti Qajar.
3) Kerajaan Mughal
Di India, di bawah pemerintahan Aurangzeb yang mendapat gelar
Alamghir, terjadi pemberontakan-pemberontakan dari pihak berontakan Sikh
dipimpin oleh Guru Tegh Bahadur dan kemudian oleh Guru Gobind Singh. Golongan
Rajput berontak di bawahpimpinan Raja Udaipur. Kaum Mahratas dipimpin oleh
Sivaji dan anaknya Sambaji.
Sesudah Aurangzeb meninggal serangan-serangan pemberontak bertambah
kuat dan akhirnya daerah-daerah yang jauh dari Delhi melepaskan diri kekuasaan
Mughal satu demi satu. Dalam pada dari itu Inggris telah pula turut memainkan
peranan dalam politik India dan menguasai India di tahun 1857 M., Sampai tahun
1947 M India menjadi jajahan Inggris.
Di masa ini kekuatan militer dan politik umat Islam menurun. Dagang
dan ekonomi umat Islam, dengan hilangnya monopoli dagang antara Timur dan Barat
dari tangan mereka, jatuh. Ilmu pengetahuan di dunia Islam dalam keadaan
stagnasi. Tarikat-tarikat diliputi oleh suasana khurafat dan superstisi. Umat
Islam dipengaruhi oleh sikap fatalistis. Dunia Islam dalam keadaan mundur dan
statis.
Dalam pada itu, Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari
Amerika dan laba yang timbul dari dagang langsung dengan Timur Jauh bertambah
kaya dan maju. Penetrasi Barat, yang kekuatannya bertambah besar, ke dunia
Islam yang didudukinya, kian lama bertambah mendalam. Akhirnya di tahun 1798 M.
Napoleon menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam yang terpenting.
Jatuhnya pusat Islam ini ketangan Barat, menginsafkan dunia Islam
akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul
peradaban yang lebih tinggi dari peradaban Islam, dan yang merupakan ancaman
bagi hidup Islam sendiri.
B. ISLAM MASA MODERN
1. Kemerdekaan Negara Islam
Masa pembaharuan atau modern bagi dunia islam adalah
masa yang di mulai dari tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai
dengan adanya kesadaran umat islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya
dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada masa pembaharuan ini, telah muncul tokoh-tokoh pembaharu dan
pemikir islam di berbagai Negara islam.
Islam Pada abad ke-19
dan 20 atau yang lebih dikenal
dengan era modern diwarnai dengan kemerdekaan negara-negara Islam. Dalam
tahun-tahun terakhir ini banyak Negara muslim yang telah merdeka khususnya di
Asia dan Afrika, bersamaan dengan itu muncul pula organisasi-organisasi dan
partai-partai nasional yang mendasarkan bentuk-bentuk pemerintahan pada
prinsip-prinsip syari’at Islam.[12]
Pada awal masa pembaharuan, kondisi islam secara
politis berada di bawah pengaruh kolonialisme. Baru pada pertengahan abad
ke-20 M, dunia islam bangkit memerdekakan negaranya dari penjajahan (kolonial)
bangsa barat (Eropa).
Kemerdekaan Negara
Islam tentunya melalui proses yang cukup panjang dalam memperoleh
kemerdekaannya kembali, oleh karena itu adanya faktor-faktor yang mendorong
masyarakat di Negara muslim sangat memungkinkan, di antaranya adalah:
1. Benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah
menyadarkan umat Islam bahwa mereka memang jauh tertinggal dari Eropa.[13] Turki Usmani adalah yang pertama
merasakan itu sehingga memaksa penguasa dan pejuang Turki untuk belajar di
Eropa.
2. Dorongan gagasan dua factor yang saling
mendukung dalam gerakan pembaharuan Islam, pertama, pemurnian ajaran
Islam dari unsure-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam.
Kedua, gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat,
seperti gerakan Wahabiyah dan Sanusiyah di Saudi Arabia dan Afrika Utara.[14]
3. Bangkitnya gagasan Nasionalisme di dunia
Islam yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal umat
Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan Negara nerdeka yang lepas dari
pengaruh Barat.
Adapun
Negara-negara Islam yang merdeka pada abad ke-19 dan 20 diantaranya:
1. Pakistan, merdeka pada tahun 15 Agustus
1947, kemerdekaan Pakistan diperoleh dari penjajahan Inggris yang menyerahkan
kedaulatannya di India kepada dewan konstitusi, satu untuk India dan Pakistan,
adapun presiden pertamanya adalah Ali Jinnah.
2. Mesir,
negara ini merdeka secara resmi dari penjajahan Inggris pada tahun 1922 tetapi
pengaruh Inggris masih besar melalui Raja Faruk, kemudian setelah tergulingnya
Raja Faruk Mesir merasa benar-benar sudah merdeka dibawah pemerintahan Jamal
Abd al Naser pada tahun 1958.
3. Irak, memperoleh kemerdekaan secara
formal pada tahun 1932, tapi rakyatnya baru merasakan benar-benar merdeka pada
tahun 1958.
4. Syiria, Yordania, dan Lebanon.
Negara-negara sekitar Irak ini memproklamirkan kemerdekaannya sekitar tahun
1946.[15]
5. Negara-negara
Afrika, Libya merdeka sekitar tahun 1951, sudan dan Maroko pada tahun 1956,
sedangkan al Jazair memperoleh kemerdekaan pada thun 1962. semuanya membebaskan
diri dari penjajahan Perancis, perlu diingat dalam kurun waktu hampir bersamaan
ada Negara yang juga memperoleh kemerdekaan, yaitu Yaman Utara, dan Yaman Selatan,
serta Emirat Arab.[16]
6. Negara-negara Asia
Tenggara, Malaysia pada tahun 1957 dan Brunei Darussalam pada tahun 1984 juga
menyatakan kemerdekaannya dari Inggris.
2. Pembaharuan Islam
Periode ini merupakan zaman kebangkitan
Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir di tahun 1801, membuka mata
dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam
di samping kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai
berfikir dan mencari jalan untuk mengembalikan balance of power, yang
telah pincang dan membahayakan Islam. Kontak Islam dengan Barat sekarang
berlainan sekali dengan kontak Islam dengan Barat di periode klasik. Pada waktu
itu Islam sedang menaik dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang, sebaliknya
sedang dalam kegelapan dan Barat sedang menaik. Kini Islam yang ingin belajar
dari Barat.
Dengan demikian timbullah apa yang
disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam.
Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat
umat Islam maju kembali sebagai di periode klasik.[17] Usaha-usaha ke arah itupun mulai
dijalankan dalam kalangan umat Islam. Tetapi dalam pada itu, Barat juga
bertambah maju. [18]
Kerajaan dan Negara Islam Beserta Era
Pembaharuannya
1. Kerajaan Mughal India
Kerajaan Mughal di
India merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di dunia yang tidak dapat
dihilangkan dalam lintasan sejarah peradaban umat Islam. Pendiri kerajaan ini
adalah Zahiruddin Muhammad, dikenal dengan Babur yang berarti singa.
Babur hanya dapat
menikmati usaha merintis kerajaan Mughal selama lima tahun. Setelah wafat (1530
M), pemerintahan diteruskan oleh puteranya yang bernama Humayun. Tidak berbeda
dengan ayahnya, ia juga menghiasi kepemimpinannya dengan peperangan.
Pergantian demi
pergantian raja terus berlanjut, dari Sultan Akbar hingga Aurangzeb. Setelah
wafatnya Aurangzeb, raja-raja kerajaan tercatat semakin melemah. Kerajaan
Mughal tidak hanya sebagai simbol dan lambang belaka, bahkan raja hanya diberi
gaji oleh kolonial Inggris yang telah datang untuk biaya hidup tinggal di
istana.
Dengan fenomena ikut
andilnya Negara Inggris, maka muncul dan menciptakan ide pembaharuan. Ide ini
dicetuskan oleh Shah Waliyullah Dehalwi (abad ke-18) yang telah menyebar ke
seluruh India. Salah satu muridnya, Shah Abdul Azizi, berusaha membersihkan
ajaran-ajaran agama yang bukan dari Islam. Ia berprinsip daerah-daerah yang
dikuasai selain Islam, harus segera direbut kembali. Dengan semangat tersebut,
ia bersama para murid melakukan perlawanan terhadap hegeemoni kekuasaan
colonial Inggris. Namun, akhirnya ia terbunuh dalam sebuah pertempuran di
Balakot.[19]
Meski terbunuhnya
tokoh di atas, tidak menciutkan nyali para tokoh lainnya. Maka muncul baru dari
tokoh-tokoh Islam di India yang ingin berjuang untuk kemerdekaan India dari
penjajah. Salah satunya adalah Sayyid Ahmad Khan. Ia mengajak umat Islam untuk
belajar bahasa Inggris, dan melakukan politik kompromi dengan Inggris. Dalam
berbagai tulisan, seminar dan pidato, Ahmad Khan menyampaikan misinya yaitu menginginkan
agar umat Islam mendirikan Negara sendiri, jangan bercampur dengan umat Hindu.
Karena umat Islam akan tersisih menjadi minoritas.
Pada 1885, orang
India bergabung denganpartai politk all Indian National Congress, tujuannya
adalah untuk mendapatkan kemerdekaan, baik kelompok Islam maupun non muslim
dalam satu wadah. Namun, tokoh-tokoh muslim mulai berpikir kembali bahwa imat
Islam di India harus memiliki Negara sendiri, maka terbentuklah Partai Liga
Muslim pada tahun 1906 di Dhaka atas prakarsa Nawab Vikarul Mulk dan Sir
Salimullah.
Usaha tersebut tidak
sia-sia. Pada 15 Agustus 1947, mendapatkan tujuan yang dimaksud, yaitu
memperoleh kemerdekaan dan mendirikan negara sendiri yang berbasis Islam.
Negara itu dinamai Pakistan, dengan presiden pertamanya Ali Jinnah.[20]
2. Mesir
Mesir mulai zaman
modern ketika terjadi persinggungan antara Barat (perancis) dan Mesir denan
ekspedisi Napoleon tahun 1798. Ketika Perancis angkat kaki dari Mesir
pemerintahan diganti oleh Muhammad Ali Pasya sebagai gubernur Turki Usmani. Ia
memulai memodernisir Mesir, terutama di bidang militer dan berkuasa hingga
tahun 1848 yang kemudian digantikan oleh anaknya, Ibrahim Pasya.[21]
Tahun 1882 terjadi
pemberontakan Urabi Pasya terhadap Inggris yang menguasai Mesir. Negeri lembah
Nil itu baru merdeka dari Inggris tahun 1922. keturunan Muhammad Ali Pasya
berkuasa di Mesir hingga tahun 1953, ketiak Mesir dipimpin oleh Raja Faruq.
Kemudian digantikan oleh Muhammad Naguib dan Mesir berubah menjadi negara
Republik. Ia menggalang persatuan dengan Syiria yang diberi nama Republik
Persatuan Arab pada tahun 1958. Namun, persatuan itu tidak lama, hanya sampai
September 1961.
3. Pemikiran Islam
Modern
Berawal dari
kegelisahan umat Islam pada saat itu, yaitu banyaknya muncul
penyelewengan-penyelewengan ajaran Islam, baik di kalangan masyarakat biasa,
maupun dalam tingkatan politik dan pendidikan. Maka diperlukan adanya proses
modernisasi maupun pembaharuan baik di bidang politik, pendidikan dan akidah.
Selain itu, salah
satu sebab perlunya perkembangan modern dalam Islam adalah karena dalam agama
terdapat ajaran-ajaran absolute mutlak benar, kekal tidak berubah dan tidak
bisa diubah. Ajaran-ajaran itu diyakini sebagai dogma dan sebagai akibatnya
timbulllah sikap dogmatis agama. Sikap dogmatis membuat orang tertutup dan tak
bisa menerima pendapat yang bertentangan dengan dogma-dogma yang dianutnya.
Dogmatisme membuat orang bersikap tradisional, emosional dan tidak rasional.[22]
Pembaharuan dalam hal
apapun, termasuk dalam konteks keagamaan (pemahaman terhadap ajaran agama) akan
terus dan selalu terjadi sebab cara dan pola berpikir manusia serta kondisi
social masyarakat selalu berubah seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di
segala bidang yang akhirnya membuahkan tekhnologi yang semakin canggih. Lain
dari pada itu kemunduran dan stagnasi berpikir umat sebagai buah dari fanatisme
serta adanya "pihak luar" yang ingin merekomendasi dan menguasai, mendorong
sebagian pemikir untuk mengadakan pembaharuan.
Upaya pembaharuan
dalam Islam mempunyai alur yang panjang khususnya sejak bersentuhan dengan
dunia Barat, untuk memahami makna dan hakekat pembaharuan. Dan yang masih
menjadi pertanyaan besar adalah mengapa umat Islam masih tertinggal dari dunia
Barat (setelah dahulu mengalami masa keemasan).
Penjajahan oleh bangsa Barat terhadap
bangsa-bangsa Islam semakin memperjelas ketinggalan dunia Islam akan segala
hal. Bangsa yang pertama kali merasakan ketertinggalan itu adalah Turki Usmani.
Disebabkan karena bangsa ini yang pertama dan yang utama menghadapi kekuatan
Barat.
Pembaharuan yang
dilakukan Turki Usmani diutamakan dalam pranata social, politik, dan militer.
Kerja keras para penguasa dalam upaya memodernisasi kerajaan Turki Usmani
membawa dampak yang baik bagi gerakan modern di Negara-negara Islam lainnya
seperti Mesir.
Pada dasarnya
kelemahan dunia Islam itu terletak pada bidang akidah yang sudah tercemari oleh
berbagai khurafat dan bid’ah, juga kelemahan dan ketertinggalan
dalam bidang sains dan tekhnologi. Kemudian kehadiran para tokoh modernis
(pembaharu) itu pada umumnya untuk membangkitkan kesadaran umat Islam. Berikut
tokoh dan pemikirannya yang ikut andil dalam mempebaharui kebangkitan Islam.
a) Pembaharuan dalam
Bidang Akidah
a. Muhammad ibn Abdul Wahhab
Pemikiran Muhammad
ibn Wahhab mempengaruhi dunia Islam di masa modern sejak abad kesembilan belas.
Walaupun ia sendiri hidup di abad sebelumnya, tetapi pemikirannya mengilhami
gerakan-gerakan pem-baharuan Islam pada abad setelahnya. Bahkan sisa-sisanya
masih terasa hingga kini.[23]
Muhammad ibn Abdul
Wahab lahir di Uyainah, Nejd Arabia Tengah pada tahun 1115 – 1703 M. Ayahnya
Abdul Wahhab adalah seorang hakim di kota kelahirannya. Di masa pemerintahan
Abdullah ibn Muhammad ibn Muammar dan mengajar fiqh dan hadis di masjid kota
tersebut. Kakeknya Sulaiman, adalah seorang mufti di Nejd. Ia mulai belajar
agama dari Ayahnya sendiri dengan membaca dan menghafal al-Qur’an. Di samping
belajar kitab-kitab agama aliran Hanbali, ia berkelana mencari ilmu ke Mekkah,
Madinah dan Basra.
Sebutan Wahhabiyah
adalah nama yang diberikan kepada kaum muwahhidun (kelompok pemurnian tauhid)
oleh lawan-lawannya, karena pemimpinnya bernama Muhammad ibn Abdul Wahab.
Pemikiran keagamaan yang
dibawakan olehnya dan menonjol difokuskan pada pemurnian tauhid, yakni
meng-Esa-kan Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Namun, dengan berjalannya waktu,
gerakan mereka berkembang menjadi gerakan politik. Meski demikian, ia tidak
meninggalkan misi asalnya yaitu pemurnian Islam.
Menurutnya, pembagian
tauhid dikategorikan menjadi tauhid ilahiyyah, rubbubiyah, asma, sifat dan
tauhid af’al yang disebut juga tauhi ilm dan i’tiqad.[24]
Baginya, syirik adalah orang yang
menyekutukan Allah dan tidak akan diampuni oleh Allah dosa yang disebabkan
tersebut. Pembagian syirik menjadi dua, yaitu syirik akbar (syirik yang nyata)
dan syirik asghar (syirik yang tidak tampak) seperti berbuat berlebihan
terhadap mahluk yang tidak boleh seseorang beribadah kepadanya, bersumpah kepada
selain Allah dan riya’
b. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir
di Mesir pada tahun 1849 M, ayahnya bernama Abdul Hasan Khoirullah yang berasal
dari Turki, dan ibunya seorang Arab yang silsilahnya sampai kepada suku Umar
Bin Khatab. Abduh termasuk anak yang cerdas, meskipun ia bersal dari keluarga
petani miskin di Mesir. Sejak kecil ia tekun belajar dan melanjutkan studinya
di al Azhar.[25]
Sebagai rektor
al-Azhar, ia memasukkan kurikulum filsafat dalam pendidikan di al-Azhar, upaya
ini dilakukan untuk mengubah cara berpikir orang-orang al-Azhar. Akan tetapi
usahanya ini mendapat tantangan keras dari para syekh al Azhar lainnya yang
masih berpikiran kolot. Oleh karena itu, usaha pembaharuan yang dilakukan lewat
pendidikan di al-Azhar tidak berhasil.
Meskipun begitu, ide-ide pembaharuan
yang dibawa Abduh, memberikan dampak positif bagi perkembangan pemikiran dalam
dunia Islam. Selain sektor pendidikan, proyek pembaharuan Abduh menurut
professor sejarah Islam di University of Massachuussets adalah politik dan
ranah social keluarga yaitu peran wanita[26]. Disamping tiu, Murodi dalam tulisannnya
menambahkan analisisnya bahwa ide-ide pemikiran Abduh diantaranya adalah:
pembukaan pintu ijtihad, penghargaan terhadap ‘akal’ (Rasionalitas), kekuasaan
Negara harus dibatasi oleh konstitusi, memodernisasikan sistem pendidikan Islam
di al Azhar.[27]
c. Muhammad Rasyid Ridho
Rasyid Ridho dilahirkan di al Qalamun,
di pesisir laut Tengah, pada tanggal 23 September 1865 M. Pendidikan bermula di
madrasah al Kitab al Qalamun, kemudian di madrasah ar Rasyidiah di Tropoli.
Selanjutnya
beliau melanjutkan pendidikan tingginya di al Azhar 1898 M dan berguru pada
Muhammad Abduh. Diantara pembaharuannya adalah: pembaharuan dalam bidang agama,
sosial, ekonomi, memberantas khurafat dan bid’ah. Serta paham-paham yang dibawa
tarekat.
Adapun ide-ide pembaharuannya adalah:
menumbuhkan sikap aktif dan dinamis di kalangan umat, mengajak untuk
meninggalkan sikap fatalisme (jabariyah), rasionalitas dalam penafsiran al Qur’an
dan Hadis, penguasaan sains dan tekhnologi, pemberantasan khurafat dan bid’ah,
serta pemerintahan yang bersistem khalifah.
b)
Pembaharuan dalam Bidang Politik
a. Jamaluddin
al-Afghani
Jamaluddin lahir di Afganisan tahun
1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897. Ia termasuk pembaharu yang
berpengaruh di dunia Islam. Saat usia 25 tahun, ia menjadi pembantu Pangeran
Dost Muhammad Khan di Afganistan, dan pada tahun 1864 menjadi penasehat Sir Ali
Khan. Serta pernah diangkat sebagai Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan
beberapa tahun kemudian.
Ketika menjadi Perdana Menteri, Inggris
sudah ikut campur dalam urusan nergeri Afganistan, maka Jamaluddin termasuk
salah satu orang yang menentangnya. Karena kalah melawan Inggris, maka ia lebih
baik meninggalkan negerinya dan pergi menuju ke India. Sejak itulah, ia
berpindah-pindah kewarganegaraan. Pernah ke Paris dan Turki. Perpindahan itu
juga dalam rangka membangkitkan umat Islam.
Dalam pola pikirnya, ia berpendapat
bahwa kemunduran umat Islam, salah satu sebabnya adalah meninggalkan
ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada’ dan qadar telah berubah
menjadi ajaran fatalisme yang menyebabkan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain
adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, yaitu lemahnya persaudaraan
antar umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua itu, menurutnya umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan
ahlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintahan otokratis harus diubah
menjadi demokratis. Dan persatuan umat harus diwujudkan sehingga umat akan maju
sesuai tuntutan zaman.
Selain itu, ia menegaskan bahwa
solidaritas sesama muslim bukan karena ikatan etnik maupun rasial, tetapi
karena ikatan agama. Muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau pada
mulanya kecil akan berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain seagama
selagi ia masih menegakkan hukum agama. Ide yang terahir inilah merupakan ide
orisianal darinya, yang dikenal dengan Pan Islamisme, persaudaraan sesame umat
Islam sedunia.[28]
b. Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali Pasya adalah orang pertama
yang membuka jalan pembaharuan di Mesir, kemudian beberapa tahun di akui
sebagai the founder of modern egypte. Berasal dari Turki,
kelahiran Yunani pada tahun 1765 dan wafat pada tahun 1849. Sejak kecil beliau
telah bekerja keras untuk keperluan hidupnya, sehingga tidak mempunyai waktu
untuk sekolah dengan demikian beliau tidak pandai baca tulis. Setelah dewasa
Ali Pasya bekerja sebagai pemungut pajak dan karena rajin bekerja beliau
disukai oleh gubernur yang akhirnya diangkat menjadi menantu.
Pada waktu penyerangan Napoleon ke
Mesir, Sultan Turki mengirim bantuan tentara ke Mesir, di antara
perwiranya adalah Muhammad Ali Pasya yang ikut melawan Napoleon pada tahun 1801[29], setelah itu diangkat menjadi colonel
dan mulai saat itu Ali Pasya menjadi penguasa tunggal di Mesir. Akan tetapi ia
keasikan dengan kekuasaannya dan bertindak diktator.
Akhirnya Muhammad Ali dan keturunannya
menjadi raja di Mesir kurang lebih 1,5 abad lamanya. Akhir kekuasaanya pada
tahun 1953. Jika diteliti Muhammad Ali Pasya tidak pandai baca tulis, tetapi
beliau seorang yang cerdas dan merupakan sosok ambisius menjadi penguasa umat
Islam. Keambisiusannya itu tampak dalam pembaharuan yang dilakukan terhadap
kemajuan umat Islam, diantaranya: perkembangan politik dalam negeri maupun luar
negeri, seperti membangun kekuatan militer, meningkatkan bidang pemerintahan,
ekonomi dan pendidikan.[30]
c)
Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan
a. al
Tahtawi
Nama aslinya adalah Rifa’ah Badhawi
Rafi’ al Tahtawi, lahir pada tahun 1801 di Mesir Selatan, wafat tahun 1873 di
Kairo. Seorang pembaharu yang mempunyai pengaruh besar pada abad ke-19 dan
seorang yang sangat berpengaruh dalam usaha-uasaha gerakan pembaharuan yang
dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya. Al Tahtawi belajar di al Azhar Mesir, dan
setelah kembali diangkat menjadi sebagai guru bahasa Perancis dan penerjemahan
di sekolah kedokteran.[31]
Pada tahun 1836 didirikan sekolah
penerjemah yang kemudian dikepalai oleh al Tahtawi. Beliau bukan seorang
penganut sekuler, usahanya adalah memperbaiki tradisi, khususnya dalam bidang
pendidikan, kewanitaan dan memperbaiki literature. Beliau menginginkan Mesir
maju seperti dunia Barat, namun tetap dijiwai oleh agama dalam segala aspek.
Salah satu jalan untuk kesejahteraan
menurutnya adalah, berpegang pada agama dan akhlak budi pekerti, untuk itu
pendidikan merupakan sarana penting. Tujuan dari pendidikan menurutnya adalah
membentuk manusia berkepribadian patriotic dengan istilah hubbul wathon
yaitu mencintai tanah air. Perasaan patriotic itu akan menimbulkan rasa
kebangsaan, persatuan, tunduk dan mematuhi undang-undang, serta bersedia
mengorbankan jiwa dan harta untuk mempertahankan kemerdekaan.
Dalam hal agama dan peranan ulama, al
Taht}awi menghendaki agar para ulama selalu mengikuti perkembangan dunia modern
dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan modern. Ini mengandung arti bahwa
pintu ijtihad tetap dibiarkan terbuka lebar. Ide-ide pembaharuan yang
dilontarkan al Tahtawi: ajaran Islam tidak hanya monoton mengurusi Tuhan akan
tetapi kehidupan social juga harus seimbang, kebiasaan dictator raja seharusnya
diganti dengan musyawarah, syari’at harus sesuai dengan perkembangan modern,
para ulama harus belajar filsafat dan ilmu pengetahuan agar syari’at sesuai
dengan kehidupan modern, pendidikan harus bersifat social (termasuk tidak ada
pembedaan bagi perempuan). Umat Islam harus dinamis.
[1] Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008), 129.
[7] Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yokyakarta: LESFI, cet. 2,
2003),155-156.
[12] Salim Azzam, Beberapa Pandangan
Tentang Pembentukan Negara Islam, (Bandung: Mizan, cet. II, 1990) 45.
[13] Riaz Hasan, Islam dari Konservatisme
sampai Fundamentalisme (Jakarta: Rajawali Press, 1985), 185.
[14] Ibid.
[15] Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam
dan Umatnya Sampai Sekarang: Perkembangannya dari Zaman ke Zaman,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 188.
[16] Ibid.
[18] Ibid, 89.
[19] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2207), 314-321.
[29] Yusron Asmuni, Pengantar Studi
Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam . (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1995), 69.
DOWNLOAD FILE DISINI