Risalah Ke-78
10 Sifat Untuk Meraih Tujuan Ruhani Dan Salik
Referensi pihak ketiga
Dalam risalahnya yang ketujuhpuluh delapan ini, beliau
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailaniy berkata:
Ketahuilah ada sepuluh sifat yang harus dimiliki jika
ingin meraih tujuan ruhani dan salik, diantaranya adalah sebagai
berikut:
Pertama, entah benar atau salah, entah sengaja atau tak sengaja,
janganlah sekali-kali engkau bersumpah denganNya. Jika engkau terbiasa
bersumpah atas nama Tuhan, lidahmu akan menjadi biasa pula. Akhirnya engkau
terbawa pada suatu kedudukan yang tak mampu menghentikan bersumpah baik yang
disengaja maupun yang tak disengaja.
Oleh sebab itu mengekang lidah agar tidak mudah
mengucapkan sumpah adalah sifat yang harus dimiliki oleh peraih ruhani dan
salik. Jika engkau menjadi begini, maka Allah membukakan pintu Nur. Kedudukanmu
menjadi mulia, langkah dan kesabaran pun demikian mulianya. Engkau menjadi
orang yang dihormati sesama makhluk.
Kedua, selalu berusaha menghindarkan lisan dari
pembicaraan yang tak benar, apakah disengaja maupun yang tak disengaja, entah
sungguh-sungguh atau bercanda, harus dihindari. Bila engkau membiasakan yang
demikian itu, lidahmu pun terbiasa mengucapkannya dengan ringan. Jika terbiasa
dengan hal itu Allah membuka hatinya dan menjernihkan pengetahuannya sehingga
engkau tampak tak tahu kepalsuan. Bila mendengar sesuatu dari orang lain,
dipandangnya sebagai noda besar dan memalukan. Bila engkau memohon kepada Allah
agar menjauhkannya, maka Allah memberi pahala baginya.
Ketiga, hedaknya selalu menjaga janji. Menjaga janji akan
menguatkan iman dan menjaga agar jangan sampai terjerumus pada kemunafikan.
Sebab ingkar janji itu termasuk kepalsuan dan munafik jika engkau senantiasa
menjaga janji maka terbukalah bagimu suatu pintu kemurahan, kemuliaan dan para
shidiqin menyintaimu.
Keempat, jangan mengutuk sesuatu makhluk pun. Jangan merusak apa
pun, walaupun sekecil biji dzarrah. Bahkan yang terkecil dari biji itu,
jangan sekali-kali dirusaknya. Tak mengutuk dan merusak sesuatu makhluk pun
adalah tuntutan kebenaran dan kebaikan. Berbuat sesuatu dengan bersandar
prinsip ini akan mendapatkan husnul khatimah di bawah naungan Allah.
Ditinggikan kemuliaanmu oleh Allah dan Dia melindungimu dari kehancuran.
Kelima, sekali-kali tidak mendoakan keburukan bagi orang lain,
walaupun engkau telah mendapat perlakuan yang dzalim. Sikap ini (bersabar) akan
menjadikan engkau berada pada kedudukan mulia di dunia ini dan kelak di
akhirat. Engkau akan dicintai dan disayangi oleh semua orang yang menerima
kebenaran, baik di dekatmu maupun yang jauh darimu.
Keenam, tidak berpihak kepada orang musyrik, kafir dan munafik,
serta tidak berpihak pula pada perilaku yang dilakukannya. Sesungguhnya
kebiasaan dan sifat ini akan menciptakan kesempurnaan dalam mengikuti sunah.
Menjauhkan diri dari siksaNya, dan mendekatkan diri denganNya.
Ketujuh, tidak melihat suatu kedosaan, baik secara lahiriah maupun
batiniah. Hendaknya mencegah tubuh dari yang demikian itu (menjauhi perbuatan
dosa). Pencegahan yang demikian itu merupakan suatu tindakan tercepat untuk
mendapatkan balasan bagi hati dan anasir tubuh, di dunia maupun di akhirat.
Semoga Allah memberi anugerah berupa daya dan kekuatan untuk melakukan ini.
Kedelapan, tidak membebani sesuatu yang berat maupun yang
ringan terhadap seorangpun. Justru sebaliknya, harus melepaskan beban orang
lain, baik tindakan itu diminta atau pun tidak diminta. Perilaku dan sikap yang
demikian inilah yang menjadikan seseorang menjadi mulia, yang kemudian
mendorong seseorang untuk beramar ma’ruf nahi munkar.
Amar ma’ruf nahi munkar akan menciptakan kemuliaan
seseorang. Dan kemudian Allah membuat hati seseorang yang berbuat demikian itu
menjadi yakin dan bertumbuh kepada Allah selalu.
Kesembilan, bersih dari segala harapan insan, dan tak
merasa tergoda hatinya oleh sesuatu yang dimiliki orang lain. Sesungguhnya yang
demikian inilah kemuliaan besar, kepasrahan diri sejati kepada Allah yang
menjadikan mampu meraih ketakwaan murni.
Kesepuluh, selalu rendah hati. Sebab dengan hati maka
seseorang akan mulia dan sempurna di sisi Allah dan dimata insan (sesama
manusia). Ini adalah kepatuhan yang sempurna. Dengan rendah hati, seseorang
dpat meraih kebaikan dikala suka maupun duka.
Kebiasaan sifat rendah hati membuat seseorang merasa
rendah dibandingkan dengan orang lain. Ia selalu menganggap orang lain lebih
baik. Katanya dalam hati, “Barangkali orang ini lebih tinggi kedudukannya dihadapan
Allah dibandingkan dengan kedudukanku. Barangkali orang ini sangat patuh kepada
Allah, sedangkan kepatuhanku tidak sebanding, masih dibawahnya.” Dan
anggapan-aggapan lainnya yang lebih baik dan tidak dicemari oleh sombong maupun
ujub.
Kembali ke halaman utama...
0 Comments