Futuhul Ghaib Risalah Ketujuhpuluh Satu : Hamba Pilihan Allah

Risalah Ke-71
Hamba Pilihan Allah


Referensi pihak ketiga


Dalam risalahnya yang ketujuhpuluh satu ini, beliau Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Sesungguhnya engkau berada diantara salah satu dari dua hal yaitu yang menjadi pengupaya atau yang diupayakan.
Bila dirimu menjadi pengupaya, maka engkau mempunyai beban dan tanggungjawab atas segala yang berat dan sulit. Sebab seorang pengupaya harus bekerja keras dan seringkali disalahkan. Sampai ia mendapatkan sesuatu yang dikehendakinya atau yang dicita-citakannya. Bila engkau sebagai pengupaya maka tak patut mengelak dari kesulitan yang kau jumpai dan menjadi penderitaanmu. Bersabar sampai kesulitan dan penderitaan sirna. Dengan demikian engkau akan selamat dari berbagai noda, kekejian, kehinaan rasa sakit, derita dan sikap yang selalu menggantungkan kepada orang lain. Engkau tentu akan dimasukkan oleh Allah dalam golongan orang-orang yang mendapat rahmat.
Akan tetapi bila engkau menjadi yang diupayakan, maka jangan salahkan Allah jika engkau mendapatkan musibah. Jangan pula ragu atas kedudukanmu dihadapanNya, karena engkau diuji agar mendapatkan kedudukan tinggi. Sebenarnya Allah hendak meningkatkan kedudukanmu setingkat wali dan badal. Apakah engkau tak senang jika kedudukanmu setaraf dengan mereka, atau sukakah jika kedudukanmu lebih rendah dari mereka? Walaupun seandainya engkau puas dengan kedudukan rendah, tetapi jika Allah menghendaki kedudukanmu tinggi, maka Allah tak akan menyukai kedudukan rendah untukmu. Allah berfirman :
Ùˆَآللهُ ÙŠَعْÙ„َÙ…ُ ÙˆَاَÙ†ْتُÙ…ْ لاَ تَعْÙ„َÙ…ُÙˆْÙ†َ. البقرة : 232
 Artinya: “Allah mengetahui dan kamu tiada mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 232)
Barangkali dalam benakmu bertanya, mengapa pengabdian yang sempurna itu harus diuji sedangkan ujian itu dimaksudkan bagi hamba yang mencintai Allah. Sedangkan hamba yang dicintai Allah adalah orang pilihan. Mengapakah hamba pilihan masih saja diuji Allah?
Ketahuilah hamba Allah di dunia ini yang paling dicintaiNya ialah Nabi Muhammad SAW, justru dia yang paling banyak mendapatkan ujian dari Allah. Beliau bersabda :
“Aku telah begitu takut karena Allah, tak seorangpun yang terancam seperti diriku dan aku telah demikian menderitanya karena Allah, tak seorangpun yang menderita seperti diriku. Telah datang kepadaku tigapuluh hari dan tigapuluh malam dan selama itu kami tak punya makanan meskipun hanya sebanyak yang diapit di bawah ketiak Bilal. Sesungguhnya kami para nabi, adalah yang paling banyak mendapat ujian, kemudian mereka yang kedudukannya lebih rendah dan seterusnya. Aku adalah yang paling tahu tentang Allah, dan yang paling takut kepadaNya di antara kamu sekalian.” 
Begitulah, mengapa hamba yang tercinta diuji dan ia merasa takut kepada Allah, padahal dia orang pilihan dan pengabdi yang mulia? Ujian bagi mereka ini karena Allah mempunyai tujuan agar para pilihanNya itu meraih kedudukan yang lebih tinggi di surga.

Kembali ke halaman utama ...

Post a Comment

0 Comments