Futuhul Ghaib Risalah Kelimapuluh Satu: Zuhud

Risalah Ke-51
Zuhud (Berpaling dari Dunia)

Referensi pihak ketiga

Dalam risalahnya yang kelimapuluh satu ini, beliau Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Sesungguhnya orang shalih menerima dua macam pahala atau mendapatkan dua kali lipat pahala. Pertama, karena sikapnya yang acuh tak acuh terhadap duniawi, sehingga ia tak jatuh cinta kepada segala yang bersifat duniawi itu, menentang sifat dan nafsu manusiawinya, memenuhi perintah Allah, sehingga ia mendapatkan kelimpahan pahala dari Allah.
Bila nurani telah memerangi diri sendiri dari segala sifat dan nafsu, maka ia akan menjadi pentahkik kebenaran, pilihan Allah, abdal dan arif (tahu tentang kebenaran). Kalau sudah pada tingkatan ini, ia diperintahkan untuk berhubungan dengan dunia, sebab dalam dirinya terwujud (terselubung) sesuatu yang tak dapat di buang dan tak tercipta dalam diri orang lain. Setelah hal itu tertulis, maka pena takdir menjadi kering tintanya, dan tentang semua itu Allah telah mengetahui jauh sebelumnya. Apabila perintah telah dipenuhi maka ia mengambil  bagian duniawinya atau dengan menerima ma’rifat. Ia berhubungan dunia – tidak seperti orang kebanyakan – berlaku sebagai wahana takdir dan tindakan Allah, tanpa keterlibatannya, tanpa keinginannya dan tanpa daya upayanya. Dengan demikian, untuk kedua kalinya ia mendapatkan pahala atas semua itu dari Allah, karena ia mematuhi semua perintahNya.
Barangkali di hatimu bertanya-tanya demikian : Bisakah orang-orang semacam itu mendapat pahala yang berlipat, padahal ia tak meminta upah atau imbalan sebagai balasan bagi tindakannya, sedangkan ia menganggap segala tindakan itu bukan semata karena dorongan pribadinya, tetapi Allah yang menggerakkan, dan ia menganggap dirinya miskin dari kebaikan.
Engkau berkata benar terhadap penilaian atasorang yang demikian. Namun ketahuilah bahwa Allah memberinya suatu anugerah berupa rahmat, membelainya dengan rahmatNya dan membesarkan dengan kasihNya, kelembutan dan karuniaNya. Jika ia menahan tangannya dari sesuatu misalnya meminta kenikmatan-kenikmatan, menyisihkannya, seolah-olah ia tak butuh serta menepis kemudharatan yang timbul darinya, maka ia bagaikan seorang bayi yang tiada berdaya di hadapan Allah. Dan ia mendapat asuhan Allah dengan rahmat dan kasih sayangNya. Perhatikanlah sang bayi dalam asuhan orangtuanya, ia tak mampu meminta dan menolak, tetapi orangtuanya tetap memberi makan, menyuapi dan mencarikan rizki.
Apabila Allah telah menjauhkan rasa tertarik dalam diri orang tersebut terhadap sesuatu, berarti Allah telah membuat hati orang cenderung kepadanya (kepada orang beriman yang shalih). Akhirnya orang-orang disekitarnya pun bersikap serta memperlakukan dengan baik. Semua itu kehendak Allah, dan sikap orang-orang disekelilingnya itu pun atas kehendaknya Allah juga. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan al-Qur’an dan Dia melindungi orang-orang yang shalih.” 

Post a Comment

0 Comments