Futuhul Ghaib Risalah Ketigapuluh Tujuh: Kebenaran dan Nasehat


Risalah Ke-37
Kebenaran dan Nasehat

Referensi pihak ketiga

Dalam risalahnya yang ketigapuluh tujuh ini, beliau Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah engkau iri terhadap tetanggamu yang hidup senang dan yang mendapatkan rahmat dari Tuhannya? Apakah engkau tidak menyadari jika sikap yang demikian itu – sikap iri dan dengki – akan melemahkan iman di dadamu, melemparmu dari Tuhan dan akhirnya Dia sangat membencimu? Sudahkan kau mendengarRasulullah bersabda bahwa Allah telah berfirman, “Seorang yang iri hati adalah musuh rahmatKu”?
Apakah engkau tak pernah mendengar sebuah hadits yang artinya demikian: “Sesungguhnya sifat iri hati melahap kebajikan, sebagaimana api melahap habis kayu bakar? Lantas, mengapakah engkau mempunayi sifat iri terhadap orang yang mendapatkan kenikmatan. Wahai orang yang malang! Kenikmatan itu untuknya ataukah untukmu? Apabila engkau merasa iri karena rahmat Allah dimiliki mereka, maka berarti engkau dan sikapmu itu bertentangan dengan firman:
 “Adakah mereka membagi rahmat TuhanNya? Kami membagi penghidupan mereka di antara mereka itu pada kehidupan dunia dan Kami tinggikan setengah mereka di atas yang lain beberapa derajat, agar setengah mereka mengambil yang lain jadi pembantu (khadam). Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari harta yang mereka kumpulkan.” (QS. Al-Zukhruf : 32)
Berarti engkau benar-benar dzalim terhadap orang yang mendapatkan nikmat dan karunia Allah, yang khusus di karuniakan baginya. Nikmat itu sudah menjadi bagiannya, dan tidak akan diberikan oleh Allah sedikit pun. Siapakah kiranya yang lebih dzalim, serakah, rakus dan bodoh selain dirimu? Sesungguhnya Allah tak memiliki cacat dan keburukan. Allah berfirman:
 “Firmanku tak akan berubah dan Aku tak akan mendzalimi hamba-hambaKu.”
Ketahuilah wahai orang-orang yang belum mengetahui! Sesungguhnya Allah sekali-kali tak pernah mencabut segala yang ditentukan untukmu. Dia sekali-kali tak akan mengambil suatu bagianmu, jika memang bagian itu menjadi milikmu, diberikannya kepadamu. Dia tak akan memberikannya kepada orang lain, jika sesuatu itu sudah diperuntukkan bagimu. Begitu juga yang dikaruniakan orang lain, sekali-kali Dia tak akan mencabut dan memberikan kepadamu.
Janganlah engkau iri dan dengki kepada manusia yang mendapatkan kejayaan dan karunia rizki. Daripada engkau iri terhadap saudaramu sendiri, lebih baik jika engkau iri kepada bumi. Sebab di dalam bumi tersimpan berbagai macam kekayaan harta karun peninggalan raja-raja terdahulu.
Orang yang suka iri hati laksana orang bodoh, yang ingin menjadi anjing milik raja. Rela menggantikannya jika si anjing telah mati. Karena kebodohannya itu maka ia memilih yang hina tetapi diperbudak raja, hanya karena ingin mendapatkan makanan istana atau makanan sisa-sisa istana.
Karena kebodohannya sehingga ia tak iri dengan Rajanya yang megah, yang berkuasa, punya banyak pegawai, dihormati dan menguasai negeri-negeri, memungut pajak dan memeras, serta mampu mencari kesenangan dengan mudahnya. Mengapa orang yang iri tidak merasa dengki kepada Raja ini yang mempunyai dan dihormati? Malah ia iri kepada anjingnya? Ini karena kebodohannya.
Begitu pula dalam kehidupan beragama, hendaknya jangan merasa iri terhadap sesama yang telah mendapatkan karunia dari Allah. Jangan pula iri terhadap tetanggamu yang saat ini bergelimang harta dan dengan mudahnya mengais rizki atas kemurahan Allah. Wahai orang yang benar-benar malang! Apakah yang mesti dihadapi oleh tetanggamu kelak dihari pembalasan, apabila ia kini dikaruniai nikmat tetapi tidak taat kepada Allah? Padahal mereka menikmati karunia-karuniaNya, tetapi tak memanfaatkan karunia tersebut untuk bekal pengabdian kepada Allah. Sebuah hadits menerangkan:
 “Sesungguhnya akan ada kelompok-kelompok orang yang menhendaki, pada hari kebangkitan, agar daging mereka dipisahkan dari tubuhnya dengan gunting, karena mereka melihat pahala bagi penderita-penderita kesulitan (dalam hidup di dunia).”
Maka kelak di hari kebangkitan, tetanggamu yang mendapat karunia tetapi tidak taat itu akan menghadapi pertanggung jawaban, akan mendapatkan kesulitan di bawah terik matahari yang jaraknya hanya sejengkal dengan kepala. Dibawahnya api yang membakar dan berbagai siksa dihadapinya. Sedangkan engkau – yang jika taat di dunia tetapi mendapatkan kesulitan hidup – di kelak kemudian akan bertempat tinggal di bawah Arsy dan penuh kedamaian.

Post a Comment

0 Comments