Futuhul Ghaib Risalah Ketigapuluh Empat: Jangan Marah Kepada Allah

Risalah Ke-34
Mencegah Merasa Kesal Atau Marah Kepada Allah SWT

Referensi pihak ketiga 

Dalam risalah yang ketigapuluh empat ini, beliau Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Adalah sesuatu yang aneh jika engkau menyalahkan Tuhan, menganggap Dia tidak adil, menahan rizki dan tak mau menjauhkan dirimu dari musibah. Sadarilah bahwa setiap kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada berakhirnya. Musibah dan kejadian itu tak bisa dimajukan atau diundurkan (ditunda). Kurun waktu menerima musibah itu tak akan kunjung selesai, sampai pada akhirnya datang kebahagiaan. Jika sudah datang kebahagiaan, maka musibah akan berakhir. Masa-masa sulit pun tak akan berakhir, jika kemudahan belum jua datang. Untuk menghadapi yang demikian ini, janganlah menggerutu dan menyalahkan Tuhan. Sikap yang baik adalah selalu sabar, diam dan berserah diri, ikhlas kepadaNya.
Ketahuilah, sesungguhnya di hadapan Allah tidak ada tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang tanpa dosa atas dorongan nafsumu, sebagaimana yang terjadi dalam hubungan antar manusia. Dia Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung, sepenuhnya Esa. Ia yang menciptakan segala sesuatu yang menimbulkan manfaat maupun mudharat. Ia Maha Bijaksana, dalam bertindak tak pernah tidak bijaksana; tetapi selalu dan pasti bijaksana, selaras dengan tindakanNya. Dia tak melakukan sesuatu pun tanpa tak bermakna, namun segala ciptaannya mengandung makna, semuanya.
Oleh sebab itu, tidaklah layak seorang hamba menisbahkan kecacatan dan kesalahan kepada tindakanNya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan kepudaran kepatuhanmu kepadaNya, sampai tiba takdirnya, seperti halnya musim panas setelah musim penghujan berlalu, seperti halnya siang yang datang setelah malam menghilang.
Apabila engkau mengharap tiba cahaya siang, tapi engkau masih dalam lingkungan waktu malam, maka permohonanmu itu sia-sia. Artinya, dalam malam hari tak mungkin hadir dengan tiba-tiba cahaya siang. Melainkan engkau harus menunggu sampai datangnya fajar. Dan perlu engkau ketahui bahwa keadaan malam semakin mendekati fajar maka semakin pekat kegelapannya, barulah kegelapan itu berubah jika fajar telah menyingsing. Jika siang telah tiba, ia tetap tiba. Mau tak mau engkau pasti menerima kehadirannya. Jika engkau disiang hari menghendaki kembalinya malam dengan segera, maka betapa doamu itu akan sia-sia saja. Ini berarti engkau meminta sesuatu yang tak layak (di luar jalur). Sudah tentu engkau akan dibiarkannya meratapi tanpa ada artinya sama sekali.
Oleh sebab itu tinggalkanlah permintaan yang tak layak dan tentang semua itu. Berimanlah selalu kepada Allah dengan disertai hati sabar. Tentu segala yang menjadi milikmu tak akan lari darimu; sedangkan yang bukan milikmu tentu tak akan dapat kau rengkuh. Segala permohonan harus bersandar demi imanmu disertai amal taat kepadaNya. Allah berfirman : “Mintalah kepadaKu, pasti permohonanmu Kukabulkan.” (QS. Al Mukmin: 60) “Mintalah kepada Allah atas karunia-karuniaNya.” (QS. An Nisa’: 32)
Setiap permohonan hamba yang disertai dengan iman dan kepatuhan, maka Allah akan mengabulkannya. Tapi saat-saat terkabulkan itu memerlukan waktu. Sedangkan waktu terkabulnya permohonan itu atas kehendakNya. Oleh sebab itu janganlah sekali-kali engkau menyalahkan Allah jika Dia menangguhkan penerimaan doamu. Tapi hendaknaya engkau jangan jemu-jemu untuk terus berdoa.
Berdoa terus-menerus itu tak akan merugikanmu. Meskipun engkau berdoa terus-menerus, tetapi Allah masihtak berkenan memberinya, maka engkau tak akan rugi dengan doamu. Yakinlah jika doamu tidak diperkenankan dalam kehidupan duniawi, maka kelak diakhirat engkau akan mendapatkannya. Sebab Allah menyisihkan dan menangguhkan doamu. Allah selalu menepati janji-janjiNya. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa pada hari kebangkitan kelak hamba-hamba Allah akan mendapati (membaca catatan) pada kitab amalannya yang tidak dikenalinya. Lalu kepadanya dikatakan bahwa itu adalah balasan bagi doa-doanya yang pernah didengungkan ketika hidup di dunia dan belum terkabulkan.
Oleh sebab itu hendaknya engkau selalu ingat terhadap Tuhanmu. Jangan memohon selain kepadaNya, harus selalu kepadaNya. Jangan katakan kebutuhanmu kepada selain Allah. Maka setiap saat, baik siang maupun malam, dalam keadaan sehat atau sakit, duka maupun suka harus tetap mengusahakan dalam keadaan:
-       Jangan meminta, tapi ridha dalam berserah diri kepadaNya. Jadilah hamba yang manut seperti jasad mati di hadapan atau pangkuan orang yang memandikan, atau seperti bayi di tangan dukun beranak, atau bola di kaki pemainnya. Dan Allah berbuat sekehendakNya. Bila engkau mendapat rahmat, tentunya rasa syukur dan puja-puji meluncur dari lidahmu. Allah berfirman:
 “Sesungguhnya jika kau bersyukur, niscaya Kami tambah nikmat yang ada padamu, tetapi jika kamukafir (tidak bersyukur), sesungguhnya siksaanKu amat pedih (keras).” (QS. Ibrahim: 7)
Akan tetapi jika yang datang padamu itu suatu musibah, maka ketabahan dan kesabaran serta kepatuhan meluncur darimu atas pertolongan kekuatan yang dianugerahkan Allah. Engkau mendapat keteguhan hati, sebagaimana difirmankan Allah:
 “Wahai orang-orang yang beriman, mintalah tolong dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersamaorang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 153)
 “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong Allah (agamaNya), pasti Dia menolong kamu dan menetapkan telapak kakimu.” (QS. Muhammad: 7)
Menolong yang dimaksudkan ayat 7 surat Muhammad tersebut adalah membantu. Yaitu membantu untuk menegakkan agama Allah. Bila engkau telah berbuat demikian, kemudian menentang hawa nafsumu sendiri, tidak menyalahkan Dia, selalu berusaha untuk mencintaiNya, menjadi musuh terhadap dirimu sendiri demi Allah, maka Allah akan menjadi penolongmu satu-satunya. Allah berfirman:
 “(Yaitu) orang-orang, apabila mereka ditimpa musibah (malapetaka), mereka berkata ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun’ (bahwa sesungguhnya kita kepunyaan Allah dan kita akan kembali kepadaNya). Untuk mereka itu shalawat (berkah) dari Tuhannya serta rahmat, dan mereka itu mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 156-157)
Hendaknya engkau bermohon kepada Allah dengan disertai sikap rendah diri, selalu mengagungkanNya dan patuh kepada semua perintahNya. Berdoalah kepada Allah! Sebab doa untuk orang mukmin adalah layak dilakukan. Allah jualah yang memerintahkan hambaNya untuk berdoa kepadaNya. Dan doa merupakan suatu jembatan penghubung antara hamba dengan Khaliknya, jembatan untuk mendekatkan diri, dan sebagai sarana untuk mendapatkan berkahNya. Tetapi jangan sekali-kali menyalahkan Allah jika doamu ditangguhkanNya. Perhatikanlah keadaan ini. Jangan berada di luar keduanya, sebab tak ada keadaan selain dari keadaan dua itu. Allah Maha Besar, kepadaMu-lah aku beriman.

Related Posts:

0 Response to "Futuhul Ghaib Risalah Ketigapuluh Empat: Jangan Marah Kepada Allah"

Post a Comment