Futuhul Ghaib Risalah Ketigabelas: Mencari Rahmat Dalam Menjalankan Perintah



Risalah Ke-13
Mencari Rahmat Dalam Menjalankan Perintah

Referensi pihak ketiga

Dalam wasiatnya yang ketigabelas ini, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani bertutur demikian:
Janganlah sekali-kali engkau berusaha meraih rahmat (menjarah rahmat) dan jangan pula sekali-kali engkau berusaha untuk menolak datangnya bencana yang menimpamu.
Ketahuilah bahwa rahmat akan datang kepadamu, jika rahmat itu sudah ditakdirkan bagimu, tak peduli apakah kau menolak atau suka. Demikian pula dengan bencana. Bila sudah ditakdirkanNya, maka bencana akan menimpamu; tak peduli kau suka atau tidak suka. Walaupun engkau menangkisnya dengan doa, ia tetap menimpamu. Walaupun engkau hadapi dengan kesabaran hati, ia tetap hadir dalam kehidupanmu.
Oleh sebab itu sikap pasrah dalam segala hal adalah lebih baik, agar Ia (Allah) berkehendak melalui dirimu. Apabila mendapat suatu rahmat, maka hendaknya engkau banyak-banyak bersyukur. Jika suatu bencana menimpamu, maka hendaknya engkau bersabar, atau mencoba untuk membangkitkan kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan keridhahanNya. Bisa juga engkau lakukan untuk merasakan rahmatNya di dalam menerima bencana dan sedapat mungkin menyatu denganNya melalui cobaan ini; melalui semua spiritual yang kau miliki. Jika Allah menghendaki, maka dalam hal ini engkau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam lainnya dalam perjalanan menuju Allah. Hal ini engkau lakukan demi mentaati dan mengakrabi Allah, yakni agar engkau pada akhirnya bisa berjumpa dengan Allah yang Maha Besar.
Kemudian engkau akan di tempatkan pada maqam yang sebelumnya telah dicapai oleh para shaddiqin, para syahidin, dan para shalihin. Artinya, kau mencapai suatu keakraban (hubungan dekat) dengan Allah sedemikian rupa, sampai memungkinkan dirimu dapat melihat maqam oarang-orang yang telah mendahuluimu menghadap sang Khalik, penguasa kerajaan agung, dan orang-orang yang dekat denganNya.
Jika bencana itu datang menimpamu, biarkanlah ia datang, jangan engkau menghalang-halangi kedatangannya. Jangan kau hadapi dengan doa. Jangan engkau merasa susah atau gundah menghadapi kedatangan bencana yang menghampirimu. Sebab panas apinya bencana yang kau hadapi masih biasa, lebih panas api neraka yang berkobar.
Tentang manusia terbaik dan yang terbaik di atas bumi dan di bawah langit ini, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya, api neraka akan berseru kepada orang-orang beriman: Wahai orang-orang beriman, cepatlah berlalu, karena cahayamu mematikan nyala apiku!”
Dengan demikian engkau bisa menyimpulkan bahwa cahaya atau nur seorang yang beriman dapat mematikan nyala api neraka. Dan nur orang beriman dapat kita temui di dunia ini; yakni nur tersebut ialah yang membedakan manusia patuh kepada Allah atau yang kafir. Cahaya inilah yang akan memadamkan kobaran bencana. Sedangkan kesejukan kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada Allah itulah yang memadamkan panasnya yang bakal menimpamu.
Dengan demikian, bencana yang menimpamu bukanlah suatu kehendak Allah untuk menghancurkanmu. Sesungguhnya bencana yang datang dan menimpamu itu adalah suatu ujian bagimu, suatu cobaan bagimu agar imanmu menjadi semakin kokoh, agar keyakinanmu semakin kuat, dan bencana itu memberimu secara ruhani tentang kabar baik dariNya tentang kehendakNya padamu. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami akan menguji kalian, agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu: dan agar Kami nyatakan hal ihwal kalian.” (QS. Muhammad : 31)
Bila keimananmu dengan Allah terbukti sedemikian kuatnya (berkat pertolongan Allah) maka pasti engkau akan senantiasa sabar dalam menghadapi suatu bencana. Engkau tetap taat dan tak tergeser sedikitpun. Jangan engkau biarkan segala pelanggaran terhadap perintah dan larangan Allah; baik yang kau lakukan atau dilakukan orang lain. Bila datang perintahNya, maka dengarkan dengan penuh seksama, segeralah melaksanakan; jangan tunda-tunda. Bertindaklah, jangan diam atau pasif di hadapan takdir Allah, namun curahkanlah kekuatanmu dan berusahalah agar engkau dapat memenuhi perintah sesuai kehendakNya.
Jika engkau tak mampu melaksanakan perintah itu, maka janganlah engkau menyia-nyiakan waktumu, segeralah kembali kepadaNya, mohonlah ampunanNya. Janganlah berputus asa dan hanya berdiam diri. Namun engkau harus bertafakkur untuk mencari apa penyebab ketidak mampuanmu dalam melaksanakan perintah Allah tersebut. Barangkali kelemahanmu dalam melaksanakan perintahNya itu disebabkan karena prasangka-prasangka buruk, atau mungkin pula karena sikapmu yang tak layak dalam berpatuh kepadaNya. Mungkin juga disebabkan karena kau terlalu membanggakan amal taatmu. Bisa juga disebabkan karena sikapmu yang telah menyekutukan Allah dengan dirimu sendiri atau dengan makhluk lainnya. Akibatnya ....
Akibatnya ialah Allah menjauhkanmu dari pintuNya dan menolak amal taatmu. Dan Dia akan menutup pintu pertolongan bagimu. Ia palingkan kemurahan wajahNya darimu. Lalu ia membiarkan dirimu tetap dalam bencana di dunia. Apakah engkau tak menyadari, jika kesibukan menghadapi bencana – tanpa dilandasi kesabaran – hanya akan membuat dirimu lupa kepada Allah dan menutupi dirimu sendiri dari penglihatanNya.
Hendaknya engkau hati-hati dan waspada! Janganlah engkau mengutamakan sesuatu hanya selain Allah. Waspadalah agar sesuatu yang lain (selain Allah) tidak memisahkan dirimu dengan Allah, tidak memalingkanmu dari hadapan Allah. Engkau harus mengutamakan Allah daripada yang lainnya, sebab engkau diciptakan semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Oleh karenanya, janganlah menganiaya diri sendiri, sehingga menjadi sibuk oleh urusan-urusan yang bukan merupakan perintah Allah. Sesunggunhya kesibukan yang demikian itu hanya akan menjerumuskanmu kedalam api neraka, yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan, dan engkau pasti akan menyesal. Namun sadarilah penyesalan yang demikian itu tak ada gunanya, tak ada guna engkau kemukakan alasan. Sebab saat-saat pembalasan seperti itu dalih dan alasan apa pun tak akan diterima sebagai pertimbangan untuk membebaskanmu dari siksa. Walaupun engkau menangis memohon pertolongan, maka pertolongan tak jua datang. Meskipun kau coba untuk menyenangkan Allah, namun akhirnya hanya sia-sia belaka.kau minta dikembalikan ke dunia untuk berbuat baik dan menebus kesalahan, itu pun percuma saja.
Oleh sebab itu kasihanilah dirimu, dan gunakanlah segala kesempatan untuk mengabdi kepada Tuhanmu, seperti akalmu, keimananmu, kecerahan ruhanimu dan ilmumu yang dikaruniakan Allah kepadamu. Berusahalah untuk memberi petunjuk, menerangi lingkungan hidupmu (masyarakat atau umat) dengan cahaya ilmu, iman, kecerahan ruhmu dan akalmu.
Hendaknya tetap kau pegang teguh perintah dan laranganNya. Lewatilah, tempuhlah di bawah petunjukNya. Jika kau berjalan menapaki keduanya – perintah dan larangan – atas dasar petunjuk yang benar, niscaya engkau akan sampai kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah yang menciptakan dan menumbuhkanmu. Janganlah mengkufuri nikmat kepadaNya.sadarilah, Dia (Allah) yang telah menciptakanmu dari debu, dan dari setetes mani lalu dijadikannya engkau sebagai manusia sempurna.
Janganlah sekali-kali engkau menghendaki yang bukan perintahNya. Jangan pula menganggap sesuatu itu buruk bilatak tegas-tegas diharamkan oleh syara’. Jika engkau telah menyesuaikan perilakumu dan ruhanimu dengan perintahNya, maka seluruh makhluk akan hormat kepadamu. Bila engkau menghinakan segala sesuatu yang menjadi larangan Allah, maka segala yang tak tampak akan lari menjahuimu, dimana pun engkau berada. Allah telah berfirman:
“wahai anak cucu Adam, Akulah Allah, tak ada tuhan (sesembahan) selain Aku. Bila Aku katakan ‘Jadilah’ maka ia akan tercipta. Patuhilah Aku, maka akan Aku sempurnakan engkau, sehingga bila kau berkata ‘jadilah’, ia akan jadi (terwujud). Wahai bumi, hormatilah orang-orang yang memujiKu. Dan susahkanlah orang-orang yang memujamu.”
Apabila datang sesuatu yang diharamkan Allah kepadamu, maka hendaklah engkau menghiraukannya. Bersikaplah seperti orang yang lemas sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan kekuatan jasmani, yang remuk hatinya, yang tak bergairah sama sekali, yang tak tertarik dengan keindahan dunia dan hilang nafsu hewaninya, bagaikan halaman rumah yang tak terurus, bagaikan rumah kosong yang tak ada tuannya. Berlakulah seperti orang yang tuli sejak lahir, bagaikan orang buta sejak lahir, dan seolah-olah bibirmu penuh bengkak dan borok, lidahmu bisu, gigimu sakit, seolah-olah kedua tanganmu lumpuh tak kuasa memegang apa pun, seolah-olah kakimu gemetar tak kuasa melangkah sejengkal pun, seolah-olah kemaluanmu lemah, seakan perutmu kekenyangan, akalmu gila, dan tubuhmu seolah-olah mayat yang tak berdaya dipikul dipundak; diangkut oleh orang-orang menuju pemakaman.
Dengan demikian – bersikap tak menghiraukan dengan keharaman itu – niscaya engkau akan segera mendengarkan dan menunaikan semua perintahNya, sebagaimana engkau tak bergairah dalam menghadapi semua yang diharamkanNya. Perintahnya bagaikan obat penyembuh lukamu, bagaikan air yang menyejukkan kerongkonganmu. Niscaya dengan semangat engkau akan menyambutnya. Maka sembuhlah dirimu dan bersemangat dalam menghadapi perintahNya itu.

Related Posts:

0 Response to "Futuhul Ghaib Risalah Ketigabelas: Mencari Rahmat Dalam Menjalankan Perintah"

Post a Comment