Futuhul Ghaib Risalah Keduapuluh Lima: Mengenai Pohon Keimanan


Risalah Ke-25
Mengenai Pohon Keimanan

Referensi pihak ketiga

Pada wasiatnya yang keduapuluh lima, beliau Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Apabila dunia dan orang-orangnya memalingkan muka mereka yang hina, lapar, dahaga, yang telanjang, hatinya terpanggang, merambah ke setiap sudut dunia, di tempat-tempat sunyi, dimasjid yang jemu dan kecewa dan sebagainya, maka janganlah kau berkata ....!
Janganlah kau berkata bahwa Allah telah membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu, menjatuhkanmu, menjadi musuhmu dan tetap membuatmu kacau. Jangan engkau menganggap bahwa Allah telah menghinamu, tak memberi kecukupan duniamu, atau jangan menganggap Diamenyuramkan kehidupanmu. Jangan iri kepada mereka yang siang malam mendapat nikmat dan anugerahNya. Jangan beranggapan sama-sama muslim, tetapi Allah tidak adil!
Wahai orang yang malang! Sesungguhnya Allah memperlakukan demikian ini karena fitrahmu suci dan kesejukan kasih sayangnya terus menerus melimpah kepadamu dalam bentuk kesabaran, sikap berserah diri, ikhlas dan berpengetahuan. Kemudian dalam keadaan papa di dunia, ternyata engkau mendapatkan cahaya iman dan tauhid.
Dengan demikian, sesungguhnya pohon keimananmu mempunyai akar yang kuat. Memiliki benih yang kuat, penuh dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah kemana-mana. Sehingga menimbulkan keteduhan. Setiap saat bertambah besar, tak perlu lagi pertumbuhannya dibantu atau dipupuk.
Cahaya iman dan tauhid, pepohonan iman dan tauhid itu oleh Allah ditentukan bagimu dan kelak kau dapatkan tepat pada waktunya, entah engkau menyukainya atau tidak. Oleh sebab itu janganlah serakah terhadap sesuatu yang menjadi mlikmu dan jangan pula mencemaskannya. Dan janganlah menyesal atas bagian yang diberikan kepada orang lain.
Ada dua alternatif yang bukan menjadi milikmu, yaitu ia akan menjadi milikmu atau bisa juga menjadi hak orang lain. Bila memang milikmu, maka ia akan datang kepadamu dan kau akan dibawa kepadanya sehingga pertemuan antara kau dan milikmu itu akan segera terwujudkan. Sedangkan yang bukan milikmu, maka kau akan dijauhkan darinya dan ia pun menjauhimu. Dengan demikian engkau dan ia (yang bukan milikmu) tak akan bisa bersua. Allah berfirman:
“Janganlah engkau layangkan kedua matamu kepada (perhiasan) yang Kami berikan kepada bermacam-macam orang di antara mereka, sebagai bunga hidup di dunia, supaya mereka Kami cobai dengan demikian itu. Dan rezeki Tuhanmu (dalam surga) lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Taha: 131)
Dari ayat tersebut di atas jelaslah bagimu, bahwa Allah melarangmu untuk memperhatikan yang bukan hakmu. Dia telah memberi peringatan bahwa yang selain ini adalah cobaan. Dengan cobaan itu, Dia memberi ujian mereka. Sedangkan keikhlasanmu menerima bagianmu itu lebih baik bagimu, lebih suci dan lebih disukai.
Oleh sebab itu, hal-hal yang demikian itu hendaknya engkau jadikan sebagai pedoman menempuh jalan Allah untuk mendapatkan kebaikan, rahmat, kegembiraan, dan keindahan. Allah Ta’ala berfirman:
“Seseorang tidak mengetahui, apa yang disembunyikan untuknya diantara bermacam-macam kesenangan, sebagai balasan yang telah mereka amalkan.” (QS. As-Sajdah: 17)
Oleh sebab itulah satu-satunya kebaikan ialah kelima jalan pengabdian, penghindaran dari dosa, dan tak ada yang lebih besar dan lebih disukai Allah selain yang telah kusebutkan kepadamu. Semoga Allah memberi karunia kepadamu dan kepadaku berupa kemampuan untuk melakukan yang disukaiNya.

Post a Comment

0 Comments