Futuhul Ghaib Risalah Keduapuluh Enam: Mengenai Tabir (Hijab) Yang Menghalangi


Risalah Ke-26
Mengenai Tabir (Hijab) Yang Menghalangi

Referensi pihak ketiga


Adapun pada wasiatnya yang keduapuluh enam ini, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata demikian:
Selama engkau belum mampu lepas dari ciptaan dan tidak memalingkan hati dari segala ciptaan tersebut serta dari segala kesibukan-keadaan hidup, maka selama itu pula tabir penutup dirimu tak akan tersibakkan. Jika hawa nafsumu tidak pupus dan selama engkau belum lepas dari keadaan keberadaan dunia maka selama itu pula tabir penutup dirimu tak akan tersibakkan.
Tabir penutup dirimu akan tersibakkan jika engkau mampu melepaskan diri dari ciptaan-ciptaan dan duniawi. Kemudian engkau lepas dari kemaujudan dunia, lalu yang maujud dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu saja. Sehingga dengan drimu terisi oleh nur Tuhanmu. Tiada tempat dalam hatimu untuk segala sesuatu yang lain, kecuali bagi Allah saja. Bila tabir penutup dirimu telah tersibakkan niscaya engkau akan diberi senjata berupa tauhid, keagungan, dan kekuatan.
Jika sudah demikian maka segala yang engkau lihat – dalam pandanganmu – yaitu penglihatan dengan mata hati kecuali kepada kepatuhan dan menerima secara ikhlas akan takdirNya. Jika sudah demikian maka ointu hatimu akan mampu memisahkan dunia dan akhirat, sehingga kerinduanmu akan lebih condong kepada kehidupan akhirat.
Apabila pandangan mata batinmu hanya tertuju kepada akhirat dan kepada Allah saja, begitu juga kerinduanmu; maka engkau akan diselimuti oleh suatu kemuliaan. Tentang kebenaran akan menjaga hatimu, parit-parit keluhuran dan keagungan aman mengelilingimu. Dengan begitu orang tak akan bisa mendekatimu dengan kekejian, dengan dambaan-dambaan pula, dan dengan kesesatan-kesesatan.
Akan tetapi jika orang datang kepadamu terus-menerus – atas takdirNya – karena mereka tak menyadari kemuliaanmu sehingga mereka mendapatkan cahaya yang menyilaukan, tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban padamu, dan lain sebagainya. Walaupun semua itu terjadi padamu, maka engkau akan aman dari semua itu; yakni dari kecenderungan jiwa manusiawimuterhadap keinginan-keinginan, ujub, sombong, dan perhatian mereka kepadamu.
Demikian pula seandainya engkau beristri cantik bertanggung jawab atas diri dan perilakunya maka engkau akan aman dari keburukannya. Terhadap istrimu, engkau akan diringankan – diselamatkan dari beban. Istri yang cantik itu akan menjadi karunia bagimu, menjadi rahmat dan berperilaku terpuji, bersih dan tulus jiwanya. Ia tak akan menimbulkan suatu kekejian ataupun penghianatan. Engkau akan menjadi mudah dalam menempuh jalan dan tak mendapatkan kesulitan karenanya. Bila istrimu itu melahirkan anak, maka akan menjadi keturunan yang suci dan shalih. Yang tentunya akan menyenangkan pandanganmu. Allah berfirman:
“Lalu Kami perkenankan (kabulkan) permintaannya dan Kami karuniakan kepada Yahya dan Kami jadikan baik istrinya (sampau mengandung). Sesungguhnya mereka itu bersegera (berlomba-lomba untuk berbuat) kebajikan dan mereka meminta kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka itu berhina diri terhadap Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
Kemudian Allah juga berfirman dalam surat lain:
“Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami,berilah kami istri-istri dan anak-anak yang membahagiakan hati kami, dan jadikanlah kami imam (anutan) bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Furqan: 74)
Maka doa-doa yang demikian itu akan terwujud dan dikabulkan. Tak menjadi soal, engkau menyampaikan doa-doa semacam itu kepadaNya, sebab doa tersebut dimaksudkan untuk mereka yang layak begini. Doa untuk orang-orang yang mendapatkan rahmat dan karunia, yang berkedudukan mulia, dan yang kepadanya dilimpahkan rahmat dan nikmat dariNya.
Dengan demikian – seandainya – sesuatu dari duniawi ini mendapatimu, maka ia tak akan merugikanmu sedikit pun. Berarti yang datang kepadamu adalah bagianmu yang tersucikan dan atas kehendak Allah. Atas tindakanNya, – bagianmu itu – akan menghampirimu, hadir padamu asalkan engkau mendapatkannya dengan cara yang dihalalkan Allah. Sama halnya pahala yang diberikan kepadamu akibat dari sebab kamu menunaikan shalat dan puasa.
Engkau akan digerakkan dan timbul kemauan di hatimu untuk memberikan – yang bukan hakmu – kepada yang berhak, misalkan kepada keluarga, tetangga, teman, sahabat dan peminta-minta yang pantas mendapatkan zakat sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian, jika bukan hakmu – tetapi datang melalui dirimu, maka engkau hanya sebagai jembatan untuk dilewati rezeki itu.
Oleh sebab itu bersabarlah dan bertakwalah selalu. Waspadalah, selamatkanlah dirimu, selamatkanlah! Jangan tunda, tetapi bersegeralah untuk menyelamatkan diri. Tundukkanlah pandanganmu, palingkanlah matamu, palingkanlah! Berbuatlah sesuatu yang terbaik sampai datang takdir dan kau akan terbawa ke depan. Kalau sudah begini, maka lenyaplah dari dirimu segala sesuatu yang memberatkan. Kemudian engkau akan dimasukkan kedalam samudra nikmat serta kelembutan dan kasih sayang. Engkau akan mendapatkan perhiasan berupa nur dan rahasia-rahasia Ilahi. Lalu kau didekatkan, diajak bicara, diberi karunia, dilepaskan dari segala kebutuhan, dikokohkan, dan mendapat limpahan kata-kata; Sesungguhnya kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya (QS. Yusuf: 54)
Lalu pikirkanlah, tebaklah keadaan Nabi Yusuf dan para shiddiqin ketika ia disapa dengan kata-kata lidah Raja Firaun (sebutan untuk raja-raja Mesir). Sesungguhnya kata-kata itu dari lidah raja, tetapi lidah itu digerakkan oleh Allah sehingga Yusuf mendapatkan anugerah atas kerajaan Mesir. Tanpa kehendak Allah, tak mungkin Raja Mesir menyerahkan kerajaannya kepadaYusuf. Allah telah mengaruniai kerajaan Mesir dan berbagai kerajaan misalnya kerajaan pengetahuan, ruhani, nalar, kedekatan denganNya dan kedudukan yang tinggi dihadapanNya. Allah berfirman:
“Demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf kekuasaan atas negeri (Mesir). Dia bertempat tinggal dimana yang dikehendakinya. Kami limpahkan rahmat Kami kepada orang yang Kami kehendaki dan Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan (para shaddiqin).” (QS. Yusuf: 56)
Sedangkan tentang kerajaan Ruhani, Allah berfirman:
“Sesungguhnya perempuan itu telah suka kepada Yusuf dan Yusuf telah suka pula kepadanya, kalau sekiranya Yusuf tiada melihat dalil Tuhannya, (pastilah didekatinya perempuan itu). Demikianlah Kami lepaskan Yusuf dari perbuatan yang keji. Sesungguhnya dia seorang hamba Kami yang tulus ikhlas.” (QS. Yusuf: 24).
Dan tentang kerajaan pengetahuan, Allah telah berfirman:
“Berkatalah Yusuf: Tiada akan datang kepadamu makanan yang diberikan kepadamu (setiap hari), melainkan aku terangkan kepadamu takwilnya (sifat-sifatnya), sebelum ia datang kepadamu. Demikian itu sebagian (pengajaran) yang telah diajarkan Tuhan kepadaku. Sesungguhnya aku meninggalkan agama kaum yang tiada percaya kepada Allah, sedang mereka itu kafir (tiada percaya) kepada akhirat.” (QS. Yusuf: 37)
Andainya engkau disapa (dengan sapaan : Wahai orang shalih!) berarti engkau mendapat anugerah pengetahuan yang banyak dan agung, engkau mendapat anugerah kekuatan dan kebaikan. Engkau mendapat anugerah kewalian biasa. Engkau mendapat anugerah perintah yang dipengaruhi ruhanimu; atau yang bukan ruhani. Mendapat daya cipta dengan izin Allah yang ada di dunia ini, walaupun akhirat belum tiba. Dan di akhirat kelak engkau akan berada di tempat damai dan berada di surga yang tinggi.

Post a Comment

0 Comments