Risalah Ke-24
Mengenai Menghambakan Diri Kepada Allah
Dalam wasiatnya yang keduapuluh
empat ini, beliau Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Jauhilah sekuat daya dan
rohmu terhadap sifat pembangkang kepada Allah Maha Mulia dan Agung itu.
Bertumpulah sekuat dayamu untuk mematuhiNya dengan doa dan taubatmu, dengan
menunjukkan kebutuhanmu atas kepatuhan dan kerendahan hatimu; dengan penuh
khusyuk. Jangan mengikuti nafsu hewanimu selagi engkau bertawadhu`. Jangan pula
engkau mengharap balasan duniawi atas doa yang kau lakukan dan jangan pula
ukhrawi dan jangan pula mengharapkan maqam yang lebih tinggi.
Renungkanlah dengan ruhmu
yang suci, bahwa sesungguhya engkau adalah hambaNya. Seorang hamba dan segala
yang dimilikinya adalah milik ‘tuannya’. Dengan begitu engkau tak akan dapat
dan tak kuasa mengakui segala apa pun baik yang kau milliki maupun yang melekat
pada dirimu; semua itu milik Allah.
Jangan sekali-kali engkau
menyalahkan Tuhanmu. Tapi berperilakulah dengan baik dan terpuji. Sebab segala
sesuatu atas ketentuanNya. Jangan coba untuk menyalahkan ketentuanNya. Jangan
coba untuk menyalahkan ketentuanNya itu. Segala yang dimajukan, tak sedikit pun
bisa dimundurkan. Segala yang dimundurkan tak sejengkal pun bisa dimajukan oleh
makhlukNya. Begitulah Allah berkehendak atas keinginannya sendiri terhadap
dirimu dan segala keadaanmu.
Allah juga berkuasa
menganugerahkan tempat tinggal yang kekal di akhirat. Sekaligus menjadikan
dirimu sebagai pemilik akhirat itu. Ia akan menganugerahkan pula kepadamu
karunia yang tak bisa dilihat oleh mata, tak mampu didengar telinga, dan tak
satu pun hati manusia bisa merasakannya; kecuali ruh hamba yang beriman. Allah
berfirman:
“Tak satu jiwa pun yang mengetahui segala yang disembunyikan bagi mereka,
yaitu yang akan menyejukkan pandangan, sebagai balasan atas yang mereka
amalkan/perbuat.” (QS. As-Sajdah: 17)
Balasan yang dimaksudkan
adalah dikarenakan kepatuhanmu dan kepasrahanmu kepada Allah dalam segala hal
dan dalam segala keadaan.
Berkenaan dengan hal
tersebut di atas, (yang Allah telah menganugerahkan masalah duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan
melimpahkan karuniaNya) Dia melakukan itu lantaran keimanan orang ini bagaikan
padang tandus yang di dalamnya tak memungkinkan terdapat air, pohon, tumbuhan
dan buah-buahan tumbuh dan ada. Maka ditebarkanNya rabuk serta segala yang
ditumbuhkanNya di dalamnya berupa pohon iman dan tanaman amal.
Seandainnya
hal-hal yang demikian itu pupus, maka tanah, tumbuhan dan pepohonan menjadi
kering, buahnya jatuh dan seluruh kampung jadi sunyi; dan Yang Maha Kuasa
menghendakinya dihuni dan menjadi ceria.
0 Comments