Bapak ibu, berikut adalah contoh Proposal Penelitian "Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui metode pembelajaran berbasis media digital pada siswa kelas 2 SDN Katerungan Krian Sidoarjo.
PROPOSAL PENELITIAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM (PAI)
MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA
DIGITAL PADA SISWA KELAS 2 (DUA) SDN KATERUNGAN KRIAN SIDOARJO
Nama
: Sulaiman
Nim
: 2281130791
Karya tulis ini dibuat untuk Ujian Tengah Semester (UTS) perkuliahan
Metodologi Penelitian Bersama Siti Asiyah, M.Ag
JURUSAN PENDIDIKAN JARAK JAUH (PJJ) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON 2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era teknologi digital yang kita rasakan
sekarang, merupakan era dimana percepatan dan pertumbuhan teknologi berkembang
sangat cepat sekali. Hampir semua kalangan
mengenal dan menggunakan teknologi digital ini sebagai sumber informasi yang
lebih cepat. Teknologi ini bahkan menjadi makanan sehari-hari bagi kaum
milenial atau yang diistilahkan dengan generasi Z ini. Hampir semua informasi
dan berita teraktual bisa kita peroleh dari teknologi ini. Dari teknologi
digital ini pula kita bisa mengakses sumber ilmu pengetahuan, hiburan, alat
komunikasi dan bahkan pendidikan secara lebih luas. Dari segi pendidikan, teknologi
telah memainkan peran penting dalam merevolusi cara belajar dan mengajar kita, bahkan
termasuk dalam hal pendidikan agama Islam. Dengan teknologi, kita dapat
mengakses berbagai sumber keilmuan dalam belajar, baik dalam bentuk aplikasi
mobile, video online, atau platform e-learning. Fitur-fitur seperti kuliah yang
direkam, e-book, dan forum diskusi online atau daring membantu memperkaya
pengalaman belajar kita. Selain itu, teknologi juga memungkinkan kita
berinteraksi dengan komunitas pembelajar Islam di belahan negara lain.
Penting untuk diingat bahwa teknologi hanyalah
alat, dan kita perlu memastikan penggunaannya
sesuai dengan prinsip-prinsip norma agama. Penting bagi kita untuk memilih
sumber daya yang dapat diandalkan dan berkualitas tinggi serta memastikan
teknologi digunakan dengan bijak. Dan dalam proposal ini, kita akan membahas
lebih lanjut tentang bagaimana pemanfaatan teknologi telah mengoptimalkan
pembelajaran Islam dan memberikan inovasi menarik bagi para pembelajar Muslim
di era digital. Dan bagaimana pula teknologi ini bisa mempengaruhi hasil
belajar peserta didik.
Era pendidikan
Islam tradisional mengandalkan metode pengajaran yang mengutamakan interaksi
langsung antara guru dan peserta didik. Akan tetapi, dengan adanya perkembangan
teknologi saat ini, paradigma ini lama-lama tergerus dan berubah. Teknologi
telah memungkinkan kita untuk mengakses ke sumber daya pendidikan yang lebih luas
dan memfasilitasi pembelajaran jarak jauh. Selain
itu, teknologi juga telah memungkinkan pengembangan metode pembelajaran yang
lebih interaktif dan menarik bagi para siswa.
Namun, dalam
era informasi yang serba digital saat ini, ada juga sisi negatifnya. Seperti banyak
konten yang tidak sesuai dengan ajaran dan norma-norma agama. Mengingat era
teknologi saat ini, tidak menutup kemungkinan semua hal akan terbuka secara
luas baik hal-hal yang sifatnya positif maupun hal-hal yang dinilai negati bagi
norma-norma agama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih sumber daya
yang telah divalidasi oleh para ulama dan ahli agama. Selain itu, ketersediaan
infrastruktur teknologi yang belum memadai dan belum tersebar secara luas di
daerah daerah yang sulit mengakses internet untuk pembelajaran berbasis teknologi.
Hal ini dapat menghambat penggunaan teknologi dalam pendidikan Islam. Selain
itu, terdapat kekhawatiran terkait dengan
keamanan dan privasi dalam penggunaan teknologi. Seperti, data siswa dapat
terekspos dan rentan terhadap penyalahgunaan. Oleh karenanya, untuk dapat mengintegrasikan
teknologi dalam institusi pendidikan Islam, diperlukan strategi yang efektif.
Dampak negatif
lainnya adalah ditemukannya kasus penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan anak
karena dampak dari teknologi digital yang semakin tidak bisa terbendung. Banyak
juga ditemukan kasus pada anak-anak karena efek dari kekerasan yang dilakukan
oleh anak-anak terhadap teman-temannya dan merupakan dampak dari internet.
Terutama kasus bullying dan tindak kekerasan yang bahkan menyebabkan hilangnya
nyawa. Tidak hanya itu, semakin banyaknya anggota geng motor yang berasal dari
anak-anak sekolahan. Menurut data yang dihimpun KPAI terdapat 226 kasus bullying
di tahun 2022. Dari data tersebut terdapat physical bullying (55.5%), verbal
bullying (29.3%), dan psychological bullying (15.2%).
Dari hal-hal yang telah tersampaikan diatas,
dalam proposal penelitian ini, penulis mencoba meneliti “Peningkatan Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Melalui Metode Pembelajaran Berbasis Media
Digital Pada Siswa Kelas 2 (Dua) Sdn Katerungan Krian Sidoarjo.”
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari tantangan dan peluang yang terkait dengan penerapan teknologi dalam
pembelajaran PAI dalam konteks era digital di Indonesia. Juga seberapa jauh
teknologi berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik khususnya dalam
Pendidikan Agama Islam (PAI)
B. Pernyataan Masalah (Problem
Statement)
1. Melalui metode pembelajaran
berbasis media digital, apakah terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik
Sekolah Dasar Negeri Katerungan Krian Sidoarjo.
C. Pertanyaan Penelitian (Reserch
Questions)
1. Adakah peningkatan hasil belajar
siswa melalui metode pembelajaran berbasis digital pada siswa SD Negeri
Katerungan Krian Sidoarjo?
D. Relevansi dan Pentingnya
Penelitian
Penelitian ini perlu saya lakukan karena didasari dengan
semakin berkembangnya teknologi digital saat ini. Terlebih internet telah
menyediakan banyak sumber daya tidak hanya yang bersifat positif namun juga
menyediakan hal-hal yang bersifat negatif. Untuk itu, peneliti perlu melakukan
riset dari banyaknya siswa tingkat SD yang saat ini rata-rata sudah memegang
alat komunikasi berupa HP dan sejenisnya. Tidak memungkinkan juga mereka yang
tergolong masih usia anak-anak sudah bisa mengakses hal-hal yang sifatnya hampir
sama dengan apa yang dikases oleh orang dewasa. Suatu hal yang mengkawatirkan
bai kita selaku agen of change untuk meneliti dan memberikan solusi yang
positif terutama bagi dunia pendidikan dan khususnya untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
BAB II
TINJAUAN
LITERATUR
A.
Tinjauan Konseptual dan Teori
1.
Pembelajaran PAI di SD
a.
Pengertian Pendidikan Agama Islam:
Pendidikan Agama Islam menurut Abdul Majid dan
Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau pelatihan
yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[1]
Menurut Omar Mohammad At-Toumy Asy-Syaibany sebagaimana
yang dikutip oleh Rahmat Hidayat mengemukakan bahwa “pendidikan Islam adalah
proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,
masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas
asasi dan profesi di antara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.[2]
Menurut Muhammad SA Ibrahimy sebagaimana yang
dikutip oleh Arifin, mengemukakan pengertian pendidikan Islam sebagai
pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita
Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran
Islam.[3]
Jadi dapat ditarik suatu kesimulan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk mempengaruhi peserta didik
melalui sebuah proses untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, yakni menanamkan takwa
dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang
berkepribadian dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui penumbuhan dan pengembangan
potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala
aspeknya.
b.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam:
Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu
proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal
ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat.[4]
Menurut Hasan Langgulung, fungsi pendidikan
adalah pengembangan potensi-potensi yang ada pada individu-individu supaya
dapat dipergunakan olehnya sendiri dan seterusnya oleh masyarakat untuk
menghadapi tantangan-tantangan yang selalu berubah.[5]
Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang
berbeda dengan subyek pelajaran yang lain. Oleh karena fungsi yang diemban
tersebut akan menentukan berbagai aspek pengajaran yang dipilih oleh pendidik
agar tujuannya tercapai. Fungsi pendidikan agama Islam, antara lain untuk
membimbing dan mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah dari Allah,
yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi, baik sebagai ‘abdullah
(hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan dan kehendak-Nya
serta mengabdi hanya kepada-Nya) maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi,
yang menyangkut pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam
keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap alam.[6]
Adapun tujuan pendidikan Islam sendiri pada
hakikatnya identik dengan tujuan Islam itu sendiri. Yakni mengarah pada
perubahan yang ingin dicapai dalam proses pendidikan, yaitu untuk mencapai
tujuan akhir dalam proses pendidikan Islam itu sendiri. [7]
Tujuan akhir dalam pendidikan Agama Islam tidak terlepas dari tujuan hidup
manusia, yaitu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dengan harapan
tercapainya ke seimbangan dan kebahagiann hidup baik di dunia maupun di akhirat
sebagaimana informasi yang termuat dari al-Qur’an dan Hadits. Sebagaimana
ditegaskan dalam al-Qur’an surat Adz Dzariaat ayat ke 56 yang berbunyi:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا
لِيَعْبُدُوْنِ ٥
Artinya:
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Lebih lanjut Abdul Fatah Jalal dalam A. Tafsir
mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia sebagai
hamba Allah yang bertakwa. Tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Allah.
Ibadah yang dimaksud ialah ibadah dalam arti yang luas. Ibadah yang dimaksud
mencakup semua hal; amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (disandarkan
kepada Allah).[8]
Berdasarkan pendapat Omar Mohammad al-Toumy
al-Syaibani yang dikutipnoleh Jalaluddin mengemukakan bahwa : Tujuan pendidikan
Islam mengacu kepada tiga bidang, yaitu individual, sosial, dan profesional.
Tujuan individual diarahkan pada perubahan tingkah laku, aktivitas dengan
mengacu ke pembentukan pribadi yang mampu menyelamatkan diri dalam kehidupan
dunia dan akhirat. Sementara tujuan sosial terkait pencapaian perubahan,
pertumbuhan maupun kemajuan yang diinginkan dalam kehidupan masyarakat secara
umum. Lalu tujuan profesional mengacu kepada pencapaian kemampuan tingkat
kemampuan profesional dalam bidang dan keahlian masing-masing yang berhubungan
dengan aktivitas masyarakat.[9]
c.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam:
Materi pelajaran adalah bahan ajar yang berada
dalam ruang lingkup isi kurikulum. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu pengajar/tutor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis ataupun bahan tidan tertulis
yang memungkinkan anak didik dapat mempelajari dan menguasai suatu kompetensi.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
a. Petunjuk
belajar (petunjuk bagi pengajar/anak sisik)
b. Kompetensi
yang akan dicapai
c. Informasi
pendukung
d. Latihan-latihan
e. Petunjuk
kerja
f. Evaluasi.[10]
Dalam penyampaian materi, kurikulum menjadi
satu-satunya hal yang tidak kalah pentingnya. Menurut Ahmad Tafsir, kurikulum
adalah pengalaman belajar. Ternyata pengalaman belajar yang banyak pengaruhnya
dalam kedewasaan, tidak hanya mempelajari mata pelajaran saja, tetapi juga
meliputi interaksi sosial di lingkungan sekolah, kerja sama dalam kelompok,
interaksi dengan lingkungan fisik, dan lain sebagainya.[11]
Adapun ruang lingkup PAI meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antar beberapa hal berikut :
a. Hubungan
manusia dengan Allah
b. Hubungan
manusia dengan sesama manusia
c. Hubungan
manusia dengan dirinya sendiri
d. Hubungan
manusia dengan makhluk lain dan lingkungan.
Sedangkan ruang lingkup bahan pelajaran PAI
meliputi tujuh unsur pokok, yaitu :
a) Keimanan,
b) Ibadah,
c) Al-Qur’an,
d) Akhlak,
e) Muamalah,
f) Syari’ah,
dan
g) Tarikh/sejarah.[12]
Dari penjabaran ruang lingkup diatas, jelaslah
bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah berusaha untuk membentuk manusia
yang berkepribadian kuat dan baik (akhlakul karimah) juga memiliki keilmuan dan
nilai-nilai berdasarkan ajaran agama Islam. Oleh karenanya Pendidikan Agama Islam
(PAI) sangat penting karena bisa mengarahkan seseorang untuk bisa berbuat baik
dan selalu mendorong seseorang untuk membentuk pribadi yang sesuai dengan
ajaran Islam.
2.
Pembelajaran Berbasis Media Digital:
a.
Pengertian Media Pembelajaran Digital:
Kata media berasal dari latin dan juga bentuk
jamak dari kata “medium” yang secara harfiah artinya sebagai perantara atau
pengantar.[13]
Menurut Mostefa media pembelajaran ialah semua yang dihadirkan untuk
dilihat dan didengar oleh panca indera guna memahami suatu makna dengan
cepat dan tepat (Mostefa, 2017). Menurut Ernanida dan Yusra media yaitu suatu
alat yang bisa dilihat dan didengar untuk menghubungkan guru dengan siswa dalam
proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil pembelajaran (Ernanida &
Yusra, 2019). Usman dan Asnawir menegaskan bahwa media pembelajaran ialah
segala sesuatu yang bisa digunakan oleh guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa,
untuk menstimulus pikiran, minat, jiwa, dan hati siswa sebaik mungkin dalam kegiatan
pembelajaran (Usman & Asnawir, 2002). Sementara Susanti dkk mengungkapkan
bahwa media ialah suatu penghubung atau penyampai informasi dalam kegiatan
belajar mengajar (Susanti et al., 2020).
Media adalah sarana yang dimanfaatkan oleh
guru yang mengajar di kelas, seperti papan tulis, buku, dan
alat-alat belajar lainnya (Abdullah, 2016). Semua sarana yang digunakan guru dalam memberikan ilmu dan pengetahuan serta mengajarkan nilai-nilai kepada siswa disebut dengan media (Layla, 2016), (Susanti et al., 2020). Secara umum media pembelajaran itu terdiri
dari manusia, benda-benda, ataupun kegiatan yang mendukung terjadinya interaksi
pembelajaran untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan
sikap bagi siswa (Sanjaya, 2008), (Ritonga et al., 2020).
Jadi, media pembelajaran berarti segala
sesuatu yang digunakan oleh guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran,
berupa perangkat dan bahan yang memfasilitasi, memudahkan, dan meningkatkan
proses pembelajaran di dalam kelas untuk menyampaikan ilmu, pengetahuan, serta
makna dan nilai nilai kepada siswa. Dengan menggunakan media pembelajaran dalam
mengajar, sangat membantu dan mempercepat proses pembelajaran, karena siswa
akan lebih aktif berinteraksi dengan media pembelajaran, dan penggunaan media
juga dapat mengaktifkan lebih dari satu indera siswa. Penggunaan Media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan oleh seorang guru
untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik (Sudrajat, Prasojo,
Zulkarnain, 2018). Secara umum, penggunaan media pembelajaran akan membuat
proses belajar mengajar lebih bervariasi, dan berjalan lebih efektif dan
efisien. Untuk lebih rinci, maka diuraikan sebagai berikut (Bahruddin, 2011).
b.
Fungsi Pembelajaran Digital:
Karakteristik atau potensi pembelajaran
digital dipandang sudah memadai sebagai dasar pertimbangan untuk
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran digital. Munir
mengatakan bahwa pembelajaran digital sebagai media pembelajaran terdapat tiga
fungsi di dalam kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai sumplemen, komplemen dan
substitusi dapat dijabarkan sebagai berikut:[14]
a. Fungsi
Sumplemen
Fungsi sebagai sumplemen
(tambahan) yaitu pembelajar mempunyai kebebasan memilih, apakah akan
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak
ada kewajiban atau keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik.
Sekalipun sifatnya hanya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu
akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Sekalipun materi pembelajaran
elektronik berfungsi sebagai sumplemen, guru tentunya akan senantiasa mendorong
atau menggugah, atau menganjurkan para pembelajarnya mengakses materi
pembelajaran elektronik yang telah disediakan.[15]
b. Fungsi
Komplemen
Fungsi sebagai komplemen
(pelengkap), yaitu materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi
materi pembelajaran yang diterima pembelajar di dalam kelas. Materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement
(penguatan) yang bersifat enrichment (pengayaan) atau remedial (pengulangan
pembelajaran) bagi pembelajar di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
konvensional.[16] Pembelajaran digital ini diharapkan akan dapat
membantu memudahkan peserta didik dalam memahami atau menguasai materi
pelajaran yang disajikan guru melalui media digital.
c. Fungsi
Substitusi
Penggunaan internet untuk
pembelajaran di mana seluruh bahan ajar belajar, diskusi konsultasi, penugasan,
latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Peserta didik dan
guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik
dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi antara peserta didik
bisa dilakukan setiap saat, komunikasi lebih banyak dilakukan secara ansynchronus
daeri pada secara synchronous. Bentuk pembelajaran ini tidak
memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik keperluan pembelajaran maupun
evaluasi dan ujian karena semua proses belajar mengajar sepenuhnya dilakukan
melalui fasilitas internet seperti e-mail, chat room, bulletin board dan
online conference.[17]
c.
Pendekatan Komunikasi Pembelajaran Digital:
Pendekatan komunikasi pembelajaran digital
mengacu pada metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi digital untuk
menyampaikan materi agar tujuan pembelajaran tercapai. Metode ini telah banyak
digunakan di berbagai kalangan, termasuk dalam meningkatkan keahlian tenaga
profesional atau karyawan. Pendekatan ini dilakukan untuk meningkatkan
keahlian dan profesionalisme tanpa bertatap muka. Sebelum kita membahas lebih
lanjut tentang konsep ini, mari kita pahami secara sekilas tentang konsep
komunikasi pendidikan sebagai latar belakang makro dari aktivitas komunikasi
pembelajaran.
Dalam komunikasi pendidikan, terdapat dua
konsep yang berbeda: komunikasi pendidikan dan komunikasi pembelajaran.
Komunikasi pendidikan lebih menitik beratkan pada komunikasi yang terjadi dalam
organisasi pendidikan, baik internal maupun eksternal. Sementara itu,
komunikasi pembelajaran berbicara tentang metode dan teknik komunikasi yang
dilakukan dalam proses belajar-mengajar antara guru (dosen) dan siswa
(mahasiswa).[18]
Efektivitas dalam proses komunikasi pembelajaran sangat ditentukan oleh
kesuksesan komunikasi antara berbagai pihak (stakeholders) dalam institusi
pendidikan. Jadi, pendekatan komunikasi pembelajaran digital menggabungkan
teknologi digital dengan metode pembelajaran untuk mencapai hasil yang lebih
baik
d. Urgensi Penggunaan Media Pembelajaran Digital:
Mengenali pentingnya integrasi teknologi dalam
pembelajaran.
e.
Komponen Penggunaan Media Pembelajaran Digital:
Memahami elemen-elemen yang terlibat dalam pembelajaran berbasis
teknologi.
3.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis
Media Digital:
a.
Perencanaan Pembelajaran PAI Berbasis Media
Digital:
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[19]
Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru
dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi
yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan
kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di
luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya
untuk mencapai tujuan belajar tertentu.[20]
Pengertian lain dikemukakan oleh L. D. Crow
dan A. Crow. “Learning is an active process that need to be stimulated and
guided toward desirable outcome. Learning is the acquisition of habits,
knowledge, and attitudes.”[21]
Belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah
hasil-hasil yang diinginkan. Belajar adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap-sikap.
Dari beberapa pengetian
tersebut, maka dapat disimpulkan perencanaan pembelajaran adalah
langkah-langkah berupa proses rangsangan dan bimbingan yang dilakukan oleh guru
kepada siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi
yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan
kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di
luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya
untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sedangkan tujuan pembelajaran pada
hakekatnya adalah perubahan perilaku yang sesuai dengan teori Bloom yakni
bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik.
b.
Pelaksanaan Pembelajaran PAI Berbasis Media
Digital:
Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan
agama Islam selalu memperhatikan perbedaaan individu (furq al-fardiyyah)
peserta didik serta menghormati harkat, martabat dan kebebasan berfikir
mengeluarkan pendapat dan menetapkan pendiriannya, sehingga bagi peserta didik
sehingga bagi peserta didik belajar merupakan hal yang menyenangkan dan
sekaligus mendorong kepribadiannya berkembang secara optimal, sedangkan bagi
guru, pelaksanaan pembelajaran merupakan kewajiban yang bernilai ibadah, yang
dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. di akhirat.[22]
Pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan,
inti, dan penutup.
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan
awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. pada kegiatan pendahuluan, hal yang dapat dilakukan
oleh guru adalah sebagai berikut.
1)
Menyiapkan peserta didik secara
paikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. kesiapan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran akan turut mempengaruhi konsentrasi dalam belajar.
2)
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
(apersepsi).
3)
Menjelaskan tujuan pembelajaran
atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
4)
Menyampaikan cakupan materi dan
penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai KD kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup begi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.[23]
Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a)
Melibatkan peserta didik mencari
informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka
sumber;
b)
Menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
c)
Memfasilitasi terjadinya interaksi
antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya;
d)
Melibatkan peserta didik secara
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
e)
Memfasilitasi peserta didik
melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a)
Membiasakan peserta didik membaca
dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b)
Memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun tertulis;
c)
Memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d)
Memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
e)
Memfasilitasi peserta didik
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
f)
Memfasilitasi peserta didik
membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok;
g)
Memfasilitasi peserta didik untuk
menyajikan kreasi; kerja individual maupun kelompok;
h)
Memfasilitasi peserta didik
melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
i)
Memfasilitasi peserta didik
melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.
3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:[24]
c. Penutup
Kegiatan penutup ini adalah
kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap
penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti. Kesimpulan ini
dibuat oleh guru dan atau bersama-sama dengan siswa.[25]
Dalam kegiatan penutup, guru:
1)
Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau
sendiri membuat rangkuman atau simpulan pelajaran.
2)
Melakukan penilaian dan/atau
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram.
3)
Memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran.
4)
Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
5)
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.[26]
4.
Evaluasi Hasil Belajar:
Berikuta adalah penjabaran tentang evaluasi
pembelajaran. Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.[27]
Evaluasi pembelajaran PAI menekankan pada evaluasi formatif, dengan asumsi
bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang lebih
maju dan meningkat secara berkelanjutan, serta kemampuannya untuk membangun
mayarakat yang lebih baik dengan memerankan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi masyarakat, sehingga diperlukan upaya peningkatan kemampuan,
minat, bakat dan prestasi belajarnya seacara terus menerus melalui pemberian
umpan balik. Disamping itu, karena pembelajaran PAI berwawasan rekonstruksi
sosial lebih menekankan pada belajar kelompok yang dinamis, kooperatif dan
kolaboratif, maka evaluasi atau penilaiannya juga dilakukan secara kooperatif.[28]
Ditinjau dari kegunaan untuk mengukur peserta didik, maka evaluasi
dibedakan menjadi tiga macam tes, yaitu:
a. Evaluasi Diagnotik
Evaluasi diagnotik adalah usaha penilaian yang menelusuri kondisi siswa,
khususnya mereka yang mengalami masalah dalam studi. Diagnosis diarahkan kepada
berbagai problem yang mengganggu, seperti ketidak berhasilan dalam belajar,
maupun kepada hal-hal yang positif yang menguntung pendidik, seperti rasa
percaya diri yang tinggi.[29]
b. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan satu
pokok bahasan. Dengan demikian evaluasi formatif adalah evaluasi hasil belajar
jangka pendek. Dalam pelaksanaannya di sekolah evaluasi formatif ini merupakan
ulangan harian. Evaluasi formatif ini berfungsi unyuk menilai kembali bagaimana
validitas, reliabilitas dan obyektivitas evaluasi itu sendiri dalam sistem
pendidikan dan pengajaran agama yang kita lakukan, bagaimana pula nilai
unsur-unsur pendidikan dan pengajaran (selain alat evaluasi) dalam pencapaian
tujuan pendidikan pengajaran agama. Dengan kata lain fungsi evaluasi formatif
ialah memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan remidial.[30]
c. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan
beberapa pokok bahasan. Dengan demikian evaluasi sumatif adalah evaluasi hasil
belajar jangka panjang. Dalam pelaksanaannya di sekolah, kalau evaluasi
formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, maka evaluasi sumatif dapat
sumatif dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada
tiap akhir catur wulan atau akhir semester. Evaluasi sumatif ini berfungsi
untuk menentukan angka-angka kemajuan/hasil belajar masing-masing murid yang
antara lain untuk memberi laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas
dan penentuan lulus tidaknya seorang pada evaluasi belajar tahap akhir (EBTA).[31]
Teknik evaluasi
pendidikan digunakan dalam rangka penilaian dalam belajar, maupun dalam
kepentingan perbaikan situasi, proses serta kegiatan belajar mengajar. Teknik
dalam evaluasi tergolong menjadi dua yaitu:
a. Teknik tes
Teknik tes yaitu penilaian yang menggunakan
test yang telah ditentukan terlebih dahulu. Metode test ini bertujuan untuk
mengukur dan memberikan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh
murid meliputi: kesanggupan mental, achivement (test penguasaan hasil
belajar), keterampilan, koordinasi, motorik dan bakat, baik secara individu
maupun kelompok.
b. Teknik non tes
Teknik non tes adalah penilaian yang tidak
menggunakan soal-soal test dan bertujun untuk mengetahui sikap dan sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan
kiat belajar atau pendidikan. Objek penilaian non-test ini meliputi: perbuatan,
ucapan, kegiatan, pengalaman, keadaan tingkah laku, riwayat hidup, dan lainnya
baik bersifat individu maupun kelompok.[32]
B. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam tinjauan penelitian terdahulu, peneliti mengawali
dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan
pendukung, pelengkap serta pembanding yang relevan sehingga penulisan skripsi
ini lebih memadai.
Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian
pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai
berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai subjek-subjek tertentu,
sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah hal yang wajar dan
untuk dapat saling melengkapi.
Adapun penelitian terdahulu ada penelitian
yang dilakukan oleh Mardati dalam menyelesaikan program pasca sarjananya di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, (2022). Penelitian ini
berjudul “PEMBELAJARAN PAI BERBASIS MEDIA DIGITAL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN DI SMP ISLAM TERPADU MISYKAT AL-ANWAR JOMBANG.” Penelitian ini
hampir sama dengan penelitian yang penulis teliti. Akan tetapi memiliki obyek
yang berbeda. Sama sama meningkatkan hasil belajar melalui media digital.
Penelitian lain ada Tiska
Nur Faida1, Bahroin Budiya2, Arief Ardiansyah, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang (2023), dalam sebuah artikel dengan judul “PEMBELAJARAN PAI BERBASIS MEDIA DIGITAL DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SMA AN-NUR BULULAWANG”. Penelitian yang dilakukan oleh Tiska
dan kawan-kawan ini juga meneliti tentang pembelajaran berbasis digital khusus
membahas peningkatan kualitas pembelajaran. Sedangkan penulis meneliti tentang
peningkatan hasil belajar dengan memanfaatkan media digital.
Dari kedua penelitian tersebut diatas
bisa membantu penulis untuk mengurai baik dari segi teori dan anallisanya agar
penelitian yang peulis lakukan dapat dilakukan dengan menambah kekurangan
hal-hal yang dirasa perlu ditambahkan dengan berpedoman dengan kedua penelitian
tersebut diatas.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah alur pikir peneliti sebagai
dasar-dasar pemikiran untuk memperkuat sub fokus yang menjadi latar belakang
dari penelitian ini. Didalam penelitian kualitatif, dibutuhkan sebuah landasan
yang mendasari penelitian agar penelitian lebih terarah. Maksud dari kerangka
berpikir sendiri adalah supaya terbentuknya suatu alur penelitian yang jelas
dan dapat diterima secara akal.[33]
Sebuah kerangka pemikiran bukanlah sekedar sekumpulan
informasi yang di dapat dari berbagai sumber-sumber, atau juga bukan sekedar
sebuah pemahaman. Akan tetapi, kerangka pemikiran membutuhkan lebih dari
sekedar data-data atau informasi yang relevan dengan sebuah penelitian, dalam
kerangka pemikiran dibutuhkan sebuah pemahaman yang didapat peniliti dari hasil
pencarian sumbersumber, dan kemudian di terapkan dalam sebuah kerangka
pemikiran. Pemahaman dalam sebuah kerangka pemikiran akan melandasi pemahaman-pemahaman
lain yang telah tercipta terlebih dahulu. Kerangka pemikiran ini akhirnya akan
menjadi pemahaman yang mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran
lainnya.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini
memungkinkan bagi para pengembang untuk membuat sebuah media pembelajaran yang
berbasis teknologi digital. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dimaksud
lebih efisien dan mudah dibawa kemana-mana. Dengan konsep mempelajari sebuah
ilmu pengetahuan atau keilmuan tidak hanya dan tidak harus bertatap muka, maka
disinilah peran penting bagi seorang pendidik untuk ikut serta berperan aktif
dalam membuat pembelajaran berbasis media digital.
Disisi lain, perkembangan digital dalam dunia pendidikan
akan mempermudah peserta didik dalam segala hal dan salah satunya adalah
berliterasi. Hadirnya buku elektronik dengan segala keunggulannya akan
memudahkan peserta didik dalam berliterasi. Dan kemudahan berliterasi
diharapkan mampu menambah wawasan bagi peserta didik.
Tidak hanya buku elektronik, teknologi digital ini
tentunya bisa dimanfaatkan bagi pendidik untuk membuat pembelajaran lebih menarik
dan peserta didik bisa termotivasi dengannya. Diharapkan dengan adanya media
gitital ini bisa memberi nilai lebih bagi pendidik dan peserta didik
lebih-lebih dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
D. Hipotesis Penelitian (jika ada)
Pembelajaran berbasis media digital pada siswa
SD Negeri Katerungan Krian khususnya kelas 2 (dua) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis dan design penelitian dalam
penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan ini pada
umumnya digunakan oleh para peneliti. Corbin dan Strauss (tahun)
mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai metodologi penelitian dimana
peneliti terlibat dalam pengumpulan dan analisis data sebagai peserta aktif
bersama informan yang menyumbangkan data. Menurut Muri (2017), Metode
penelitian kualitatif mencakup berbagai komponen penting, termasuk perumusan
pertanyaan, pelaksanaan prosedur pengumpulan data untuk memperoleh informasi
tertentu dari partisipan, analisis data secara induktif berdasarkan tema yang
menyeluruh, dan interpretasi signifikansi data.[34]
Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
sekunder, (Siyoto & Sodik, 2015) yakni sumber yang berasal dari dokumen
atau kepustakaan yang memuat pembahasan
tentang hal-hal yang terkait dengan media pembelajaran, seperti buku, journal
dan artikel-artikel ilmiah lainnya.[35] Untuk
menemukan data penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan referensi yang
terkait dengan fokus penelitian, kemudian membacanya secara cermat dan
mengambil pokok pikiran yang terdapat di dalamnya, kemudian menyusunnya secara
sistematis sesuai dengan pokok-pokok penelitian yang dilakukan. Adapun teknik
analisis data yang digunakan ialah berupa komparasi, yakni membandingkan
pendapat satu ahli dengan ahli lain, atau
pendapat satu ahli dalam referensi tertentu dengan pendapatnya pada
referensi lain, penggunaan analisis komparatif ini bermaksud agar peneliti
lebih mudah untuk menentukan posisi dan memunculkan pendapat sendiri.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian ini dilaksanakan
di SD Negeri Katerungan Krian Kabupaten Sidoarjo kelas 2 (dua) pada bulan Mei
2024 sampai dengan Juli 2024. SD Negeri Katerungan Krian ini terletak di wilayah pinggiran Kota
Sidoarjo Barat dan berdekatan dengan pasar rakyat yakni Pasar Krian. Pasar
Krian merupakan sebuah pasar yang berada di jalur provinsi yang menghubungkan
kota Surabaya dan Kabupaten Mojokerto.
SD Negeri Katerungan dipilih sebagai lokasi
penelitian karena di Institusi tersebut penulis mengabdikan diri dan menjadi
salah satu tenaga kependidikan di dalamnya. Selain itu, SD Negeri Katerungan juga
menjadi salah satu institusi pendidikan yang ditunjuk sebagai ketua gugus 1
(satu) di Kecamatan Krian. Kelas II (dua) dipilih karena kelas tersebut
memiliki nilai rata-rata terendah pada mata pelajaran PAI semester sebelumnya
sehingga peneliti perlu mencermatinya dalam penelitian ini.
C.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
siswa SD Negeri Katerungan kelas 2 (dua) yang berjumlah 82 (delapan puluh dua)
yang terbagi menjadi 3 (tiga) rombongan belajar (rombel). 2a berjumlah 32 (tiga
puluh dua) peserta didik, 2b berjumlah 31 (tiga puluh satu) peserta didik, dan
2c berjumlah 29 (dua puluh sembilan) peserta didik. Adapun sampel penelitian,
penulis memilih kelas 2c karena pada semester sebelumnya pada kelas ini
peneliti menemukan masih banyak siswa yang mendapatkan hasil belajar kurang
dari harapan. Dibandingkan dengan rombel-rombel yang lainya, yaitu kelas 2a dan
2b.
D.
Variabel Penelitian
Variabel
penelitian adalah karakter, atribut atau segala sesuatu yang terbentuk, atau
yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian sehingga mempunyai variasi antara
satu objek yang satu dengan objek yang lain dalam satu kelompok tertentu
kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek
pengamatan penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam
penelitian atau gejala yang akan diteliti.
Variabel penelitian adalah
sesuatu yang menjadi fokus perhatian yang memberikan pengaruh dan mempunyai
nilai (value). Variabel merupakan suatu besaran yang dapat diubah atau berubah
sehingga dapat mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan penggunaan
variabel, kita dapat dengan mudah memperoleh dan memahami permasalahan.
Menurut Sugiyono (2009), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.[36] Sedangkan
menurut Arikunto (2010), variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa
yang menjadi perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian.[37] Ibnu
(2003), berpendapat bahwa variabel penelitian adalah suatu konsep yang
mempunyai lebih dari satu nilai, keadaan, kategori, atau kondisi.[38]
Menurut Hatch dan Farhady (1981), variabel penelitian adalah atribut
seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu objek dengan objek yang lain.[39] Dan
menurut Sugiarto (2017), variabel penelitian adalah karakter yang dapat
diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu pengenal atau atribut dari
sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut adalah terjadinya variasi
antara objek yang satu dengan objek yang lainnya dalam kelompok tertentu.[40]
Disini peneliti menggunakan variabel terikat
dan variabel kontinum. Dimana penulis ingin mengetahui seberapa jauh hasil
belajar siswa pada mata pelajaran PAI setelah peneliti menggunakan media
pembelajaran berbasis digital pada siswa kelas 2 SDN Katerungan Krian Kabupaten
Sidoarjo khususnya kelas 2c.
E.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pada tahap ini merupakan tahap awal dari proses
pengumpulan data dan hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi terkait
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis media digital di SD Negeri Krian
Kabupaten Sidoarjo yang diperoleh dari lapangan. Tahap ini dilakukan dengan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang dianggap membantu dalam penelitian
ini. Kemudian data tersebut dibaca dan dipelajari secara seksama dan mendalam
sehingga menghasilkan data yang akurat.
Adapun teknik pengumpulan data pada jenis
penelitian kualitatif ini adalah dengan model pengumpulan data triangulasi,
yaitu penggalian data melalui tes berupa quesioner untuk menggali data tentang
penerapan model discovery learning yang dilakukan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Quesioner diberikan kepada peserta didik
setelah pembelajaran berbasis digital. Dan Peneliti melakukan wawancara kepada informan penelitian
yaitu Kepala Sekolah SD Negeri Katerungan, Guru Mata Pelajaran PAI di SD Negeri
Katerungan, Wali Kelas 2c di SD Negeri Katerungan dan peserta didik yang
berkaitan. Selanjutnya adalah observasi langsung terhadap peserta didik, serta dokumentasi berupa pengumpulan data terkait
bagaimana penggunaan media digital pada pembelajaran PAI pada siswa SD Negeri
Katerungan Krian kelas 2c.
F.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh terdiri dari data
kualitatif dan kuantitatif. Data tentang penerapan model discovery learning merupakan
data kualitatif, tetapi untuk mengetahui apakah dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik maka diperlukan data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu
nilai atau hasil belajar peserta didik yang diketahui melalui nilai rata-rata dan persentasi keberhasilan belajar mencapai
target KKM, selanjutnya data-data tersebut diolah dengan teknik analisis
deskriptif, untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator
keberhasilan tiap siklus. Analisis data terdiri atas proses analisis untuk mengetahui
tes hasil belajar peserta didik. Untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta
didik dalam menyelesaikan soal evaluasi analisisnya dengan cara menghitung
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar secara klasikal. Target KKM secara
individual adalah 76 dan ketuntasan hasil belajar secara klasikal adalah 85 %.
Untuk menghitung rata-rata nilai digunakan
rumus sebagai berikut :
Untuk menghitungkriteria ketuntasan belajar
secara klasikal digunakan rumus :
Analisis data menggunakan teknik deskriptif
kualitatif, yaitu menggambarkan keadaan apa adanya mengenai data di lapangan
dalam bentuk uraian. Data yang dideskripsikan memerlukan interpretasi mendalam sehingga
diketahui makna dari data. Dalam hal menganalisis data ini, peneliti menggunakan
tahapan analisis data sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman
bahwa ada tiga tahapan yang dilakukan meliputi data reduction, data display,
dan conclusion drawing/verification.[41]
Referensi
Abdul Majid dan Dian Andayani. (2005). Pendidikan
Agama Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Abdul Majid. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah. (2009). Metode
dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Ahmad Tafsir. (1992). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
A Muri Yusuf. (2017). Metode Penelitian: Kuantitatif,
Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.
Arikunto. (2015). Populasi dan Sampel. In S.
Siyoto, & A. Sodik. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Armai Arief. (2002). Pengantar Ilmu dan metodologi Pendidikan Islam.
Jakarta: Ciputat Pers.
Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Rinrka Cipta.
Fuji Zakiyatul Fikriyah dan Jamil Abdul Aziz. (2018). Penerapan
Konsep Multiple Intelligence pada Pembelajaran PAI. Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 1, No. 02.
H.M. Arifin. (2000). Ilmu Pendidikan Islam Suatu
Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hasan Langgulung. (1998). Asas-asas Pendidikan Islam.
Jakarta: Radar Jaya Offset.
Hatch, E., dan Farhady, H. (1981). Research Design
& Statistics for Applied Linguistics. Tehran: Rahnama Publications.
Heri Gunawan. (2014). Pendidikan Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ibnu, S., Mukhadis, A dan Dasna, I.W. (2003). Dasar-dasar
Metodologi Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ika Lestari. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Kompetensis Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Padang:
Akademia.
Ismail SM. (2005). Strategi Pembelajaran Agama Islam
Berbasis PAIKEM. Semarang: Rasail.
Jalaluddin. (2016). Pendidikan Islam: Pendekatan
Sistem dan Proses. Jakarta: Rajawali Pers.
Lester D. Crow, Alice Crow. (1958). Educational
Psychology. Amerika: American Book Company.
Muhaimin, dkk. (2002). Paradigma Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. (2007). Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Muntholi’ah. (2002). Konsep Diri Positif Penunjang
Prestasi PAI. Semarang : Kerja sama Penerbit Mangkang Indah dan Yayasan
Al-Qalam.
Munir. (2017). Pembelajaran Digital. Bandung:
Alfabeta.
Norbertus Tri Suswanto Saptadi. (2024). Komunikasi
Pendidikan: Komunikasi Pendidikan & Pembelajaran Digital Bagi
Generasi Z. Serang-Banten: PT. Sada Kurnia Pustaka.
Rahmat Hidayat & Henni Syafriana Nasution. (2016). Filsafat
Pendidikan Islam Membangun Konsep Dasar Pendidikan Islam. Medan: LPPPI.
Ramayulis. (2008). Metodologi Pendidikan Agama Islam
Cet. III. Jakarta, Kalam Mulia.
Reni Asia. (2016). “Pengaruh Penggunaan Media Digital
Video Disc (DVD) Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran
Akidah Akhlaq Di MI Al-‘Adli Palembang.” 1– 85,
http://repository.radenfatah.ac.id/624/1/RENI ASIA_TarPGMI.pdf.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis
Komputer: Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung, Alfabeta.
Samsul Nizar. (2002). Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Ciputat Pers.
Sugiarto, M. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: Andi.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D (26th ed.). Bandung: CV Alfabeta.
Wina Sanjaya. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kecana.
Zuhairini dkk. (1993). Metodologi Pendidikan Agama.
Solo: Ramadhani.
[1] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005), 132.
[2] Rahmat Hidayat & Henni Syafriana Nasution, Filsafat Pendidikan Islam
Membangun Konsep Dasar Pendidikan Islam (Medan: LPPPI, 2016), 82.
[3] H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoretis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 34.
[4] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 32.
[5] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Radar Jaya Offset,
1998), hlm. 305.
[6] Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 24
[7] Fuji Zakiyatul Fikriyah dan Jamil Abdul Aziz, “Penerapan Konsep Multiple
Intelligence pada Pembelajaran PAI”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1,
No. 02, (2018), 234.
[8] Heri Gunawan, Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 12.
[9] Jalaluddin, Pendidikan Islam: Pendekatan Sistem dan Proses (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), 145.
[10] Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran, hlm. 174
[11] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 1992), hlm. 54.
[12] Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang : Kerja
sama Penerbit Mangkang Indah dan Yayasan Al-Qalam, 2002), hlm. 20.
[13] Reni Asia, “Pengaruh Penggunaan Media Digital Video Disc (DVD) Dengan
Motivasi Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlaq Di MI Al-‘Adli
Palembang,” 2016, 1– 85, http://repository.radenfatah.ac.id/624/1/RENI
ASIA_TarPGMI.pdf.
[14] Munir, Pembelajaran Digital, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 10
[15] Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21…,136.
[16] Munir, Pembelajaran Digital…, 10.
[17] Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21…, 137.
[18]
Norbertus Tri Suswanto Saptadi. Komunikasi Pendidikan: Komunikasi
Pendidikan & Pembelajaran Digital Bagi Generasi Z, (PT. Sada Kurnia
Pustaka; Serang-Banten, 2024), 40
[19] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006), hlm. 15
[20] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
(Jakarta:Kecana, 2009), hlm 26.
[21] Lester D. Crow, Alice Crow, Educational Psychology, (Amerika:
American Book Company, 1958), hlm. 225.
[22] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, hlm. 95.
[23] Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensis Sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Padang: Akademia, 2013), hlm.
75.
[24] Ismail SM., Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,
(Semarang: Rasail, 2005), hlm. 145-147.
[25] Abdul Majid, perencanaan pembelajaran, hlm. 105.
[26] Ismail SM., Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm.
147.
[27] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rinrka Cipta, 2008), hlm.
2.
[28] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
hlm. 138.
[29] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hlm. 169.
[30] Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani,
1993), hlm. 151.
[31] Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, 152.
[32] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan metodologi Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 62-63
[33] Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta, CV. Hal. 92
[34] A Muri Yusuf. 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan
Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.
[35] Arikunto. (2015). Populasi dan Sampel. In S. Siyoto, & A. Sodik, Dasar
Metodologi Penelitian (p. 64). Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
[36] Sugiyono. 2009. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
[37] Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
[38] Ibnu, S., Mukhadis, A dan Dasna, I.W. 2003. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.
[39] Hatch, E., dan Farhady, H. 1981. Research Design & Statistics for
Applied Linguistics. Tehran: Rahnama Publications.
[40] Sugiarto, M. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi.
[41] Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(26th ed.). Bandung: CV Alfabeta.
Berikut adalah file Ms. Word yang bisa saudara/i butuhkan untuk keperluan editing:
0 Comments