Risalah Ke-56
Tidak Menghendaki Apa-apa Lagi Selain Allah SWT
Referensi pihak ketiga
Dalam risalahnya yang kelimapuluh enam ini, beliau Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Apabila seseorang mampu melepaskan jiwanya dari segala
ciptaan (makhluk dan duniawi), melepaskan keinginan-keinginan, menanggalkan
tujuan dan harapan kebahagiaan dunia dan akhirat, tapi yang dikehendaki
hanyalah Allah, maka segala sesuatunya lenyap dari hatinya. Allah memilih
diasebagai hamba pilihanNya. Allah akan mejadikan orang ini dicintai oleh
sesama makhluk dan melalui rahmatNya, manusia ini mendapatkan karunia. Baginya
dibukakan pintu-pintu kasih dan janjiNya, dan tak pernah pintu-pintu itu
ditutup Allah untuk manusia jenis ini. Karena yang demikian itu maka seseorang
tersebut memilih Allah, yakni berkehendak melalui kehendak Allah, jika ia ridha
maka hanya ridha kepada Allah, kemudian melaksanakan segala perintahNya. Ia tak
melihat suatu keterwujudannya melainkan keterwujudan Allah.
Keseluruhan dirinya menjadi kehendak Allah. Maka dalam
hal ini sudah tidak ada lagi janji atau pengingkaran janji. Sebab janji dan
pengingkaran janji terdapat pada orang-orang yang bukan pada tingkatan ini,
tetapi pada tingkatan manusia kebanyakan. Tapi pada maqam ini, janji Allah
terhadap hambanya dapat dimisalkan sebagai seorang yang mempunyi suatu maksud.
Lalu berubah maksud tersebut terhadap sesuatu yang lain. Begitu juga Allah
Ta’ala, menurunkan wahyu-wahyu yang membatalkan dan terbatalkan (dalam ulumul
qur’an; naskh wal mansukh), sebagaimana firmanNya:
Artinya: “Segala ayat
(mukjizat) yang Kami ubah atau Kami lupakan (kepadamu), Kami datangkan gantinya
dengan yang lebih bik darinya atau yang seumpamanya. Tidakkah engkau tahu,
bahwa Allah Maha Kuasa atas setiap manusia?” (QS. Al Baqarah : 160)
Manakalah Nabi SAW lepas dari keinginan dan kehendak –
kecuali pada saat-saat tertentu – sebagaimana telah disebutkan oleh Allah dalam
al-Qur’an, sehubungan dengan tawanan perang Badar:
Artinya: “Kamu
menghendaki harta benda dunia, sedang Allah menghendaki akhirat. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Seandainya tiadalah kitab dari Allah yang
terdahulu (yaitu tidak disiksa jika berkhianat), pasti kamu ditimpa siksa yang
besar, karena tebusan yang kamu ambil itu.” (QS. Al Anfal : 67-68)
Ketahuilah bahwa Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Allah. Beliau
oleh Allah ditempatkan pada ketentuanNya dan diberi Allah suatu kendali. Maka Allah
menggerakkannya ditengah-tengah ketentuanNya dan selalu memperingatkan dengan
firman-firmanNya : Tidakkah engkau tahu bahwa Allah itu Maha Kuasa atas
segala-galanya (QS. Al Baqarah :106)
Dengan kata lain, kamu berada di samudra kepastianNya,
yang mempunyai gelombang dan mengombang-ambingkan dirimu, kadangkala kesana dan
kadangkala kesini. Dengan begitu setelah wali, tingkatannya adalah Nabi. Jadi setelah
maqam wali adalah maqam Nabi.
0 Comments