Futuhul Ghaib Risalah Keenampuluh Sembilan : Doa Yang Layak


Risalah Ke-69
Doa Yang Layak Kepada Allah


Referensi pihak ketiga

Dalam risalahnya yang keenampuluh sembilan ini, beliau Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Hendaknya engkau jangan meminta kepada Allah tentang segala sesuatu apa pun. Yang boleh engkau mohon dan panjatkan adalah suatu permintaan ampunan atas dosa yang pernah engkau perbuat, dan yang hendak engkau perbuat. Kemudian permohonan lainnya adalah mintalah kemampuan untuk menunaikan perintah-perintahNya, mohonlah agar Allah menjauhkan dirimu dari segala yang haram, mohonlah agar Allah memberi kekuatan dan kesabaran jiwa, mohonlah pula agar engkau mampu bersyukur atas nikmat yang engkau terima dariNya. Lalu yang paling penting suatu permohonan agar kelak engkau mati dalam keadaan husnul khatimah. 
Permohonan yang tak layak dan doa yang tak patut engkau panjatkan misalnya meminta agar kemiskinan segera dilenyapkan Allah, segera diberi kemudahan rizki dan kenikmatan hidup.
Jangan meminta yang demikian itu, sebab tak pantas orang beriman menampakkan kerakusannya dalam berdoa. Mohonlah keridhaanNya atas karunia dan takdirNya, perlindungan abadi dari godaan iman, baik berada dalam musibah atau kebahagiaan. Sebab engkau tak tahu tentang kebaikan dan keburukan kecuali Allah yang mengetahuinya. Dikatakan oleh Sayyidina Umar ra :
 “Segala sesuatu hampir tak kupermasalahkan dalam keadaan yang bagaimana aku di pagi hari, entah hal itu membawa kepadaku yang tak kusukai atau yang kusenangi, sebab aku tak tahu keberadaan kebaikan.”
Umar berkata demikian sebab rasa ikhlasnya yang sempurna dengan kehendak Allah. Dan dalam al-Quran diterangkan bahwasanya Allah berfirman yang artinya:
 “Diwajibkan atas kamu berperang, sedang berperang itu suatu yang tak kau sukai; dan boleh jadi kamu benci akan sesuatu sedangkan ia (sesuatu itu) baik bagimu; dan mungkin juga kasihi sesuatu, sedangkan ia (sesuatu itu) amat buruk bagimu. Dan Allah mengetahui, tetapi kamu tiada mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216)
Hendaknya engkau senantiasa berada dalam keadaan yang demikian itu (yakni menerima akan takdirNya, baik atau buruk), sehingga hawa nafsumu pupus. Dengan demikian kehendak manusiawimu akan sirna dari hatimu kecuali kehendak terhadap Allah saja yang tertinggal. Kalau sudah begini, maka hatimu akan diisi dengan perasaan cinta kepada Allah sehingga tujuanmu untuk mencapai Allah tulus ikhlas.


Post a Comment

0 Comments