Risalah Ke-67
Mengabdilah Hingga Datang Suatu Keyakinan
Dalam risalahnya yang keenampuluh tujuh ini, beliau Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Jika engkau berupaya dan berhasil mengatasi dirimu, maka
Allah akan membangkitkan sifat dan nafsu manusiawimu kembali. Sehingga untuk
kedua kalinya engkau harus melawan dan mengalahkan nafsu itu. Karena setelah
engkau berhasil mengalahkannya, sang diri dan nafsu menuntutmu agar engkau
menurutkan kemauan dan kepuasannya. Pada tahap ini jika engkau mampu bangkit
lagi dan mampu mengalahkan dirimu sendiri, berarti engkau bisa dianggap jihad.
Sabda Nabi:
“Kita telah kembali dari jihad kecil dan menuju jihad besar.”
Nabi berkata bahwa kembali berupaya menghadapi dan
mengatasi diri senantiasa akan kita alami dan terjadi. Inilah makna dari firman
Allah:
Artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu sehingga sampai kepadamu keyakinan (kematian).” (QS. Al Hijr : 99)
Ketahuilah bahwa Allah telah memerintah NabiNya untuk
mengabdi kepadaNya. Hal yang demikian ini bertentangan dengan diri (nafsu dan manusiawi
yang condong pada duniawi). Pengabdian ditolak oleh diri, karena diri
menginginkan sebaliknya. Mungkinkah diri Nabi menolak pengabdian padahal ia tak
punya kedirian? Ketahuilah bahwa Allah berfirman : Ia (Nabi) tak berbicara dengan
kehendaknya sendiri, tetapi berbicara dengan wahyu yang diterimanya.
Allah mengisyaratkan kepada utusannya kata-kata ini,
untuk mengukuhkan hal ini, dan berlaku pula kepada sekalian umat pengikutnya,
sampai datangnya hari kiamat. Allah memberi anugerah kepada utusannya itu dengan
kekuatan untuk bisa mengatasi dirinya, sehingga hal ini tak merugikannya. Yang demikian
inilah yang membedakan antara nabi dan manusia biasa sebagai pengikutnya. Jika seorang
mukmin teguh dalam upaya jiwa, sampai datangnya kematian, dan menemui Tuhannya dengan
pedang terhunus, berlumuran darah kedirian, maka Allah memberinya surga
baginya. Allah berfirman yang artinya :
“Adapun orang yang takut akan kebesaran Allah Tuhannya dan menahan dirinya daripada hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An Naazi’aat : 40-41)
Apabila Allah telah memasukkan hambanya ke dalam surga, maka
Dia menjadikan surga itu tempat tinggal hamba itu, tempat beristirahat dan tempat
kembali untuk selama-lamanya. Senantiasa si hamba mendapatkan rezeki dari hari
ke hari dan memberi segala aneka perhiasan busana kemuliaan.
Sedangkan hamba yang kikir, munafiq, dan pendosa, dan di
dunia hanya mengikuti nafsu diri, mengikuti setan dan bersekutu dengan mereka –
lalu mati sebelum bertaubat – maka baginya disediakan neraka yang beraneka
siksa pedih di dalamnya. Allah berfirman yang artinya:
“Jika tidak kamu perbuat dan takkan dapat memperbuatnya, maka takutlah akan api neraka yang dinyalakan dari bahan bakar manusia dan batu-batu, disediakan untuk orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah : 24)
Setelah orang-orang kafir ini dijebloskan dalam neraka dan
menjadi tempat tinggalnya, maka neraka itu akan membakar kulit dan daging mereka.
Allah lalu menggantikannya dengan daging dan kulit baru lagi, kemudian dibakar
lagi, demikian tak henti-hentinya. Dalam firmanNya yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Kami, kelak akan Kami jebloskan ke dalam neraka. Setiap matang (terbakar) kulit mereka. Kami ganti dengan kulit yang lain (baru), supaya mereka merasakan siksa. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Bijaksana.” (QS. An Nisa : 56)
0 Comments