Risalah Ke-16
Mengenai Tawakkal
Referensi pihak ketiga
Pada wasiatnya yang
keenambelas ini, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berpesan:
Tak ada yang menjauhkanmu
dari ridha dan rahmatNya kecuali ketergantunganmu terhadap manusia. Jadi
manusia itu sendiri yang manjadi penghalang dan yang dapat menjauhkanmu dari
rahmat serta ridha Allah. Manusia dan duniawi yang didalamnya termasuk segala
fasilitas dan lain sebagainya. Manusia sesungguhnya adalah pengahalang bagimu
untuk mendapatkan rezeki yang sesuai dengan sunnah Rasul. Misalnya bekerja
mencari nafkah, jika selamanya engkau bergantung kepada manusia, maka tentu
engkau mempunyai harapan agar seseorang mengulurkan tangan buatmu. Harapanmu
tentang rezeki ternyata kau gantungkan kepada manusia, bukan kepada Allah. Hal
yang demikian ini termasuk dalam kategori syirik, menyekutukan Allah dengan
makhlukNya.
Menggantungkan diri kepada manusia,
menggantungkan harapan sepenuhnya menjadikan dirimu lupa, bahwa sesungguhnya
Allah jualah yang memberimu rezeki, bukan manusia. Maka engkau telah berbuat
dosa besar. Setimpal dengan sikap dan dosamu, maka Allah menghukummu dalam
bentuk pencabutan sumber rezekimu. Umpamanya engkau kehilangan sumber rezeki
yang halal.
Bukan hanya itu, namun
jika engkau pun menggantungkan kepada pekerjaanmu (mata pencaharianmu), mengharap
dari lapangan pekerjaan itu, hidup merasa puas dengannya akhirnya engkau akan
terlena. Engkau akan dilupakan oleh sumber rezekimu, sehingga berpaling dari
yang Maha Pemberi Rezeki, yaitu Allah. Hal yang demikian ini termasuk syirik
pula. Bahkan lebih berbahaya daripada syirik yang di atas tadi (berharap kepada
manusia). Tentu Allah menghukummu dalam bentuk menjauhkan ridhaNya.
Oleh sebab itu, janganlah
menggantungkan pengharapan rezeki kepada manusia, dan jangan pula memuja
lapangan pekerjaan atau sumber rezekimu. Buanglah jauh-jauh sifat
ketergantungan demikian itu, dan membuag jauh-jauh kemusyrikan yang halus itu maka
engkau akan selamat.
Hendaknya engkau yakin
bahwa hanya Allah jualah yang memberi rezeki, mencipta kemudahan untuk mencari
nafkah, Allah jualah yang memberi kekuatan, pemberi segala kebaikan, dan rezeki
itu sepenuhnya berada dalam kekuasaanNya; maka terkadang rezeki bagimu datang
tanpa diduga-duga. Misalnya bisa datang melalui upahmu bekerja, datang karena
ridhaNya sampai engkau tak bisa melihat sebab dan perantaranya.
Berpalinglah kepadaNya,
buanglah sifat manusiawi dan hewanimu, nafsumu. Dengan begitu, akan tersibak
tabir penghalang antara dirimu dengan ridhaNya. Lalu Allah akan membuka
pintu-pintu rezeki atas kehendakNya. Sesungguhnya Tuhan menyayangimu dengan
limpahan ridhaNya.
Apabila di dalam hatimu
sudah tak ada lagi keinginan manusiawi dan hewani serta tak ada algi
kesenangan, maka disana hanya tinggal kehendakNya semata. Lepas dari kehendak
nafsumu. Kemudian jika Allah berkehendak memberikan bagianmu kepadamu, maka
hatimu akan dibangkitkan untuk bergerak meraih bagianmu itu. Misalnya bergerak
dan terdorong untuk mencari rezeki yang halal. Selanjutnya hatimu akan
dilimpahi rasa syukur, sehingga engkau mensyukuri nikmatNya yang telah
dikaruniakan kepadamu. Semua itu akan membuat nuranimu teguh dan mendorong
ruhanimu untuk menjauhi manusia, mengosongkan hati dari segala pengharapan
terhadap mereka kecuali hanya kepada Allah.
Apabila hikmah ilmumu
telah mencapai kedudukan yang tinggi, keyakinanmu menjadi teguh, hatimu
terdapat nur, dan maqam derajadmu semakin dekat dengan Allah, maka engkau akan
mendapatkan kemampuan berupa ‘melihat kedepan’. Hal yang demikian ini hanya
sebagian dari keridhahan-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya. Allah berfirman:
“Dan Kami jadikan (berikan) Kitab kepada Musa, maka janganlah engkau meragukannya tentang menerimanya (Al-Qur’an), dan Kami jadikan kitab itu petunjuk untuk Bani Israel. Kami jadikan di antara mereka itu (Bani Israel) beberapa orang imam (panutan) yang menunjuki (manusia) dengan perintah Kami, ketika mereka berhati sabar, dan mereka yakin atas ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah: 23 - 24)
Takutlah kepada Allah,
pasti Dia akan mengajarimu dan memberi kemampuan sehingga engkau bisa mengawasi
alam semesta. Kemampuan itu atas ijinNya yang jelas sehingga tiada kegelapan di
dalamnya, tapi dengan tanda yang nyata, terang bagaikan matahari. Dan dengan
tutur kata yang manis, lebih menarik daripada segala apa pun. Juga dengan ilhamNya
yang benar, tak sedikitpun terdapat kekaburan, bersih dari dorongan setan dan
rayuan Iblis terlaknat. Allah berfirman:
“Wahai Bani Adam. Akulah Allah, tak ada sesuatu pun layak dipuja kecuali Diriku. Aku berfirman ‘jadilah’ maka ia akan tercipta. Taatilah Aku, maka pasti engkau akan Kubuat sedemikian rupa, sehingga jika berseru ‘jadilah’ ia pun akan tercipta (maujud).”
0 Comments