Risalah Ke-28
Janganlah Terburu-buru, Berjalanlah Terlambat asal
Selamat
Dalam wasiatnya yang keduapuluh delapan ini, beliau
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Wahai orang yang terburu-buru, janganlah engkau
terburu-buru dalam mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian dari Allah selagi kamu
masih belum mampu melenyapkan nafsu hewanimu dan belum mampu menghilangkan
harapanmu tentang dunia dan akhirat. Berhenti! Berjalanlah perlahan-lahan
dengan sabar, wahai yang berharap! Sesunguhnya pintu akan tetap tertutup jika
selama keadaanmu yang demikian itu masih tetap berlangsung (tak bisa lenyap
dari ruhmu).
Sebenarnya beberapa sisa dari hal-hal tersebut masih
bersemayam dihatimu, yakni hawa nafsu dan keinginan duniawi. Selagi masih ada
sebiji gandum saja sifat manusiawi dan hewani, maka akan tertutup jalan menuju
hikmah. Selagi engkau masih mengisap biji kurma dari dunia ini, dari hawa
nafsu, maksud dan keinginan, memburu duniawi, mencintai sesuatu keuntungan
duniawi atau akhirat, maka engkau masih jauh dari pintu Allah. Maka janganlah
menginginkan dan mengharapkakn kelimpahan kebahagiaan yang kekal bila semua itu
masih belum luruh dari dirimu.
Apabila engkau berhasil dan melebur sifat manusiawi dan
hewani serta segala afsu-nafsu, maka engkau akan dikeluarkan dari tempat
peleburan. Kemudian engkau akan dihiasi dengan pakaia serta keharuman,
selanjutnya diatar kau menghadap pada Raja yang Yang Agung dan Dia berfirman:
“Sesungguhnya engkau pada hari ini mempunyai kedudukan dan kepercayaan disisi Kami.” (QS. Yusuf: 54)
Apabila sudah demikian keadaannya maka engkau
mendapatkan anugerah dan limpahan rahmat, dibelai dengan kasih sayangNya,
diberi minuman, didekatkan dan mendapat pengetahuan tentang suatu rahasia. Selanjutnya
engkau akan terbebaskan dari segala kebtuhan. Karena segala kebutuhan yang ada
sesungguhnya adalah berasal dari nikmat dan rahmatNya.
Sebagai perumpamaan adalah emas. Emas beredar menjadi
berbagai hiasan, misalkan cincin dan gelang. Berbagai macam orang
mengenakannya, mulai dari tukang jagal, tukang penyamak kulit, penjual makanan,
tukang cuci dan lain sebagainya. Dan emas-emas tersebut dikenakan oleh berbagai
macam orang mulai dari yang berkedudukan mulia sampai orang yang pekerjaannya
hina. Lalu misalnya emas dari sekian yang dikenakan orang itu dikumpulkan pada
tukang emas. Oleh sang tukang dijadikan satu dan dilebur di atas api yang mendidih.
Berbagai asal emas akan meleleh dan menjadi satu, kemudian diangkat. Oleh sang
tukang dijadikan perhiasan baru yang indah dan bersih dari segala kotoran tukang
samak atau tukang cuci. Emas yang baru diebur kemudian diperhalus, dibuat
hiasan seindah mungkin; bahkan kemudian ditempatkan pada tempat terhormat. Dengan
demikian cincin dan kepingan-kepingan emas itu berlalu dari tukang jagal,
tukang cuci, penjual makanan dan lain sebagainya. Sekarang berubah tempat,
yaitu ditempat yang terhormat, di laci atau jadi perhiasan raja setelah
mengalami peleburan.
Dengan demikian wahai orang-orang yang beriman! Apabila
engkau selalu bersabar atas karuniaNya dan berserah diri menerima takdirNya,
maka engkau akan didekatkan kepada Tuhanmu di dunia ini, lalu mendapat karunia
pengetahuan tentang Tuhan, segala pengetahuan dan rahasiaNya. Lalu di akhirat
kelak engkau akan mendapatkan tempat yang damai bersama para nabi, shiddiqin,
shalihin, syahidin, dan bersama orang-orang ang dekat dengan-Nya. Di tempat
yang damai ini engkau akan mereguk kasih sayangNya. Oleh karena itu
bersabarlah, jangan terburu-buru, ikhlas terhadap takdirNya padamu, dan jangan
membiasakan diri untuk mengeluh kepadaNya. Apabila engkau berhasil melakukan
yang demikian itu, maka engkau akan merasakan kesejukan ampunanNya, lezatnya
mengetahui tentang rahasiaNya dan kelembutanNya serta karuniaNya.
0 Comments