Futuhul Ghaib Risalah Keduapuluh Delapan : Janganlah Terburu-buru, Berjalanlah Terlambat Asal Selamat


Risalah Ke-28
Janganlah Terburu-buru, Berjalanlah Terlambat asal Selamat

Referensi pihak ketiga

Dalam wasiatnya yang keduapuluh delapan ini, beliau Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Wahai orang yang terburu-buru, janganlah engkau terburu-buru dalam mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian dari Allah selagi kamu masih belum mampu melenyapkan nafsu hewanimu dan belum mampu menghilangkan harapanmu tentang dunia dan akhirat. Berhenti! Berjalanlah perlahan-lahan dengan sabar, wahai yang berharap! Sesunguhnya pintu akan tetap tertutup jika selama keadaanmu yang demikian itu masih tetap berlangsung (tak bisa lenyap dari ruhmu).
Sebenarnya beberapa sisa dari hal-hal tersebut masih bersemayam dihatimu, yakni hawa nafsu dan keinginan duniawi. Selagi masih ada sebiji gandum saja sifat manusiawi dan hewani, maka akan tertutup jalan menuju hikmah. Selagi engkau masih mengisap biji kurma dari dunia ini, dari hawa nafsu, maksud dan keinginan, memburu duniawi, mencintai sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat, maka engkau masih jauh dari pintu Allah. Maka janganlah menginginkan dan mengharapkakn kelimpahan kebahagiaan yang kekal bila semua itu masih belum luruh dari dirimu.
Apabila engkau berhasil dan melebur sifat manusiawi dan hewani serta segala afsu-nafsu, maka engkau akan dikeluarkan dari tempat peleburan. Kemudian engkau akan dihiasi dengan pakaia serta keharuman, selanjutnya diatar kau menghadap pada Raja yang Yang Agung dan Dia berfirman:
“Sesungguhnya engkau pada hari ini mempunyai kedudukan dan kepercayaan disisi Kami.” (QS. Yusuf: 54)
Apabila sudah demikian keadaannya maka engkau mendapatkan anugerah dan limpahan rahmat, dibelai dengan kasih sayangNya, diberi minuman, didekatkan dan mendapat pengetahuan tentang suatu rahasia. Selanjutnya engkau akan terbebaskan dari segala kebtuhan. Karena segala kebutuhan yang ada sesungguhnya adalah berasal dari nikmat dan rahmatNya.
Sebagai perumpamaan adalah emas. Emas beredar menjadi berbagai hiasan, misalkan cincin dan gelang. Berbagai macam orang mengenakannya, mulai dari tukang jagal, tukang penyamak kulit, penjual makanan, tukang cuci dan lain sebagainya. Dan emas-emas tersebut dikenakan oleh berbagai macam orang mulai dari yang berkedudukan mulia sampai orang yang pekerjaannya hina. Lalu misalnya emas dari sekian yang dikenakan orang itu dikumpulkan pada tukang emas. Oleh sang tukang dijadikan satu dan dilebur di atas api yang mendidih. Berbagai asal emas akan meleleh dan menjadi satu, kemudian diangkat. Oleh sang tukang dijadikan perhiasan baru yang indah dan bersih dari segala kotoran tukang samak atau tukang cuci. Emas yang baru diebur kemudian diperhalus, dibuat hiasan seindah mungkin; bahkan kemudian ditempatkan pada tempat terhormat. Dengan demikian cincin dan kepingan-kepingan emas itu berlalu dari tukang jagal, tukang cuci, penjual makanan dan lain sebagainya. Sekarang berubah tempat, yaitu ditempat yang terhormat, di laci atau jadi perhiasan raja setelah mengalami peleburan.
Dengan demikian wahai orang-orang yang beriman! Apabila engkau selalu bersabar atas karuniaNya dan berserah diri menerima takdirNya, maka engkau akan didekatkan kepada Tuhanmu di dunia ini, lalu mendapat karunia pengetahuan tentang Tuhan, segala pengetahuan dan rahasiaNya. Lalu di akhirat kelak engkau akan mendapatkan tempat yang damai bersama para nabi, shiddiqin, shalihin, syahidin, dan bersama orang-orang ang dekat dengan-Nya. Di tempat yang damai ini engkau akan mereguk kasih sayangNya. Oleh karena itu bersabarlah, jangan terburu-buru, ikhlas terhadap takdirNya padamu, dan jangan membiasakan diri untuk mengeluh kepadaNya. Apabila engkau berhasil melakukan yang demikian itu, maka engkau akan merasakan kesejukan ampunanNya, lezatnya mengetahui tentang rahasiaNya dan kelembutanNya serta karuniaNya.

Post a Comment

0 Comments